Senin, 23 Juli 2012

Pengertian Konsep Pendidikan Seni

     Pengertian Konsep Pendidikan Seni

          Konsep seni secara utuh mencakup: (a) Pengertian seni, (b) Sifat dasar seni, (c) Unsur-unsur karya seni, dan (d) Ragam seni.
Seni adalah kegiatan manusia dalam mengekspresikan pengalaman hidup dan kesadaran artistiknya yang melibatkan kemampuan intuisi, kepekaan indriawi dan rasa, kemampuan intelektual, kreativitas serta keterampilan teknik untuk menciptakan karya yang memiliki fungsi personal atau sosial dengan menggunakan berbagai media.
Pengertian Seni bersifat majemuk, dinamis, bergerak bebas, terbuka mencakup berbagai kecenderungan individual yang khas. Banyak faktor yang menentukan batasan atau makna seni, seperti: kurator, kritikus, pasar, kondisi kultural, dan lain-lain.
           Pada dasarnya semua cabang seni memiliki peran atau fungsi yang penting dalam kehidupan. Peran atau fungsi tersebut antara lain: fungsi individual dan fungsi sosial. Seni untuk anak-anak berbeda dengan seni untuk orang dewasa karena karakter fisik maupun mentalnya berbeda. Hal ini penting diperhatikan khususnya dalam melakukan penilaian karya anak didik, supaya hasil kreasi anak tidak diukur menurut selera dan kriteria keindahan orang dewasa.
Fungsi seni dalam pendidikan berbeda dengan fungsi seni dalam kerja profesional. Seni untuk pendidikan difungsikan sebagai media untuk memenuhi fungsi perkembangan anak, baik fisik maupun mental. Sedang seni dalam kerja profesional difungsikan untuk meningkatkan kemampuan bidang keahliannya secara profesional.

            Sifat dasar seni terdiri atas  :
1.                  Kreatif
2.                  Individualitas
3.                  Nilai ekspresi / perasaan
4.                  Keabadian
5.                  Semesta / universal

Karya seni diciptakan seniman tidak selalu untuk menyenangkan perasaan manusia. Karya seni dapat memberikan perasaan kaget, terkejut, terteror, namun tetap memberikan nilai-nilai lain yang dibutuhkan manusia, seperti perenungan, pemikiran, penyadaran, pencerahan, dan sebagainya (prosa, puisi, dan sebagainya).
Nilai-nilai yang terdapat pada suatu karya seni dapat dinikmati dan diapresiasi melalui unsur-unsur yang terdapat di dalamnya, yakni:
1.            Struktur visual
2.            Tema
3.            Medium
4.            Gaya / stayl
5.            Konsep pendidikan seni

              Dasar-dasar pemikiran dimasukkannya seni dalam Kurikulum Pendidikan Nasional                                    bertumpu pada pokok-pokok pikiran sebagai berikut  :
1.        Pelaksanaan Pendidikan Seni di sekolah-sekolah umum seyogianya menggunakan pendekatan multidisiplin, multidimensional dan multikultural.
2.        Pembentukan pribadi yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan kemampuan dasar anak didik melalui pendekatan belajar dengan seni, melalui seni dan tentang seni sesuai minat dan potensi anak.
3.        Pendidikan seni berperan mengembangkan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan kreativitas (CQ), kecerdasan spiritual (SQ) dan multi-intelegensi (MI).
            Tujuan Pembelajaran selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut  :
1.        Mengembangkan sensitivitas persepsi indriawi melalui berbagai pengalaman kreatif berkesenian.
2.        Menstimulus pertumbuhan ide-ide imajinatif dan kemampuan menemukan berbagai gagasan kreatif dalam memecahkan masalah artistik atau estetik melalui proses eksplorasi, kreasi, presentasi/penyajian dan apresiasi.
3.        Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan berkesenian dengan disiplin ilmu lain yang serumpun atau tak serumpun melalui berbagai pendekatan keterpaduan.
4.        Mengembangkan kemampuan apresiasi seni dalam konteks sejarah dan budaya sebagai sarana pembentukan sikap saling toleran dan demokratis dalam masyarakat yang pluralistik (majemuk).

                Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran seni secara optimal maka baik proses maupun hasil pembelajaran keduanya perlu mendapat perhatian yang sama.Dalam pelaksanaan pembelajaran seni di sekolah-sekolah, pengalaman belajar mencipta seni disebut sebagai pembelajaran berkarya. Sedang pengalaman memersepsi, melihat, dan menghayati serta memahami seni disebut sebagai pembelajaran apresiasi.

Pembelajaran berkarya seni mengandung dua aspek kompetensi, yaitu: keterampilan dan kreativitas. Pada anak - anak kompetensi keterampilan lebih difokuskan pada pengalaman eksplorasi untuk melatih kemampuan sensorik dan motorik, bukan menjadikan anak mahir atau ahli. Sedangkan kreativitas di sini meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang terlihat dari produk/hasil karya dan proses dalam bersibuk diri secara kreatif (Semiawan, Munandar, 1990: 10). Pembelajaran apresiasi disampaikan tidak hanya sebatas pengetahuan saja, namun melibatkan pengalaman mengamati, mengalami, menghayati, menikmati dan menghargai secara langsung aktivitas berolah seni.

2.1.2        Komponen sistem konsep penularan seni

Penyelenggaraan pendidikan seni di Lembaga pendidikan kejuruan seni beragam. Dilihat dari sisi sistem yang dikembangkan oleh masing – masing terdapat lima jenis llembaga penyelenggara pendidikan seni. Semuanya berkonsepsama, yaitu “Penularan seni”. karena itu semuanya berkomponen tujuan sama pula, yaitu mempersiapkan calon seniman, pekerja, profesional dibidang seni.

Dan inilah yang biasanya dipakai dalam sistem pengajaran di SMK yang sangat berbeda basisnya dengan sistem pengajaran di SMA yang menggunakan pemfungsian seni. Hal ini digunakan mengingat tujuan dari pengajaran seni di SMK sendiri adalah untuk mengoptimalkan kemampuan peserta didiknya untuk menjadikan mereka calon seniman, pekerja profesional, maupun profesional dibidang seni.

Sejarah pendidikan seni mencatat adanya 5 jenis lembaga pendidikan kejuruan seniman, dilihat dari segi sistemnya. Kelimanya adalah  :

1.            Bersistem pewarisan
Ini merupakan sistem penularan kemampuan berkesenian oleh orang tua yang memiliki seni ( seorang seniman ) kepada anak kandungnya. Jadi ini merupakan sistem pewarisan bakat dari orang tua kepada anaknya dari garis darah mereka.

2.            Bersistem Aprentisip
Ini merupakan sistem penularan kemampuan berkesenian dari seniman master ke aprentisnya. Bagaimana maksudnya, maksudnya dalah seorang amster / seniman disini mewariskan semua ilmunya kepada seorang aprentis, yaitu anak yang memiliki keinginan untuk mengembangkan kemampuannya dibidang berkesenian, minimal dia memiliki bakat dasar untuk mengenal seni. Maka ketika dia ingin mempelajari seni, seorang master tadi mewariskan semua yang dia miliki kepada ank tersebut. dan dalam hal ini berbeda dengan sistem pewarisan yang harus anak kandungnya, sistem aprentisip tidak harus anak kandung, yang penting anak didik itu memiliki keinginan untuk mengenal seni dan berbakat.

3.            Bersistem Akademik
Penularan ini dilakukan dengan cara penularan kemampuan berkesenian dari guru ahli berdasarkan teori pengetahuan seni kepada peserta didiknya. Ini biasanya yang berlaku disekolah – sekolah. Penularan ini lebih banyak terjadi mengingat bahwa pengajaran seni yang sering kali di anak tirikan, menyebabkan seni hanya menjadi pelajaran materi dikelas – kelas tanpa adanya kegiatan yang menunjang untuk pengembangan bakat terhadap anak – anak yang menginginkannya. guru hanya tinggal mengejar dan dari apa yang dia tahu, peserta didik akan mewarisi apa – apa yang telah diajarkan.

4.            Bersistem Sanggar
Penularan sitem ini dilakukan dengan carapenularan kemampuan, yaitu penularan pengalaman berkesenian antar seniman muda. Kenapa dikatakan seperti ini, hal ini karena sanggar merupakan tempat dimana dalam proses pembelajarannya tidak ada orang yang dianggap lebih dari mereka – mereka sendiri. Intinya tidak ada guru didalamnya. Disanggar siapa yang mengajar dan diajar adalah sama. secara merata mereka bisa menjadi guru, dan bisa juga menjadi murid. Mereka hanya tinggal menyampaikan pengalaman mereka jika yang lain merasa dia yang lebih tahu, lebih bisa, lebiah terampil dalam bidang itu. Dari situlah mereka saling menularkan.Namun sekarang sanggar – sanggar yang banyak bediri sudah tidak menggunakan sitem sanggar seperti halnya hakikat dari sistem sanggar diatas. Kebnyakan sanggar – sanggar seni yang ada saat ini memiliki guru dalam sitem penularannya. Mereka mencari peserta didik untuk diajari, bukan uyntuk saling bertukar pikiran. Sejenis dengan sistem akademik di sekolah, tetapi dalam lingkup yang tidak seformal sekolah karena sanggar memang tidak berbadan.

5.            Bersistem Otodidak
Ini merupakan sistem penularan kesenian dari sumber daya apapun yang dipandang kompeten oleh pembelajaran calon seniman. Sistem ini sama dengan sistem sanggar dimana tidak ada guru tetap dalam sistem pembelajarannya. Tetapi berbeda, karena orang ini belajar dari berbagai hal yang ia temui. Jika dia melihat ada orang yang bisa membantunya, naka dia akan belajar pada orang itu, demikian juga bila seandainya dia menemukan sebuah buku panduan yang bisa dia pelajari, maka dia akan belajar secara mandiri pada buku itu. Jadi penularan ini lebih besifat usaha pribadinya untuk membuat diri individu itu berkembang.

Ciri masing – masing system dapat dikenali dari komponen dari setiap system.

Macam – macam pendekatan untuk sistem – sistem ini sendiri ada 3 macam, yaitu  :

1.            Pendekatan Bengkel
                        Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan sistem memberikan contoh kepada peserta                      didik agar peserta didik menirunya ( harus diikuti )

2.            Pendekatan Laboratorium
                        Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan sistem memberikan teori – teori kepada                          peserta didik supaya nantinya peserta didik bisa mengaplikasikannya dalam                                                pembuatan karya – karya yang ingin dia buat

3.            Pendekatan studio
                        Yaitu pendekatan yang dilakukan secara progresif dan menekankan kepada proses                         pengekspresian diri dari peserta didik sendiri, dan pada  pendekatan ini peserta didik diharapkan mampu untuk berkarya secara individual.

   Pendekatan – pendekatan inilah yang akhirnya akan digunakan sebagai cara untuk memperkenalkan seni kepada peserta didik. Namun perlu digaris bawahai bahwa penggunaan metode – metode ini tergantung pada apa pengajarannya. Apakah SMA ataukan SMK. karna pada SMA yang memang menganut sistem pewarisan kemampuan tidak mungkin digunakn sistem pendekatan bengkel. Namun beda halnya dengan SMK, dimana mereka diajarkan untuk mengoptimalkan kemampuan, maka pendekatan bengkel tadi tentu sangat perlu dilakukan.

Karakteristik Komponen 5 System Pendidikan Seni yang Berkonsep Penularan Seni

Sistem Pendidikan
Komponen






Aprentisip






Pewarisan






Akademik






Sanggar






Otodidak
Tujuan Pembelajaran


Pengajar (Pembelajar)



Pelajar (Pebelajar)


Bahan Pembelajaran (sumber)


Metode pembelajaran / pendekatan



Tempat / Waktu Pembelajaran
Berkesenian/ terampil

Seniman Master


Aprentis


Ditentukan pembelajar

Mengcopy/ pendekatan bengkel

Ditentukan pembelajar
Berkesenian/ terampil

Seniman orang tua pembelajar

Anak pembelajar

Ditentukan pembelajar

Mengcopy/ pendekatan bengkel

Ditentukan pembelajar
Berkesenian/ terampil

Pembelajar Profesional


Pembelajar berbakat

Kurikulum


Meniru/ pendekatan laboratorium

Ditentukan lembaga
Berkesenian/ terampil

Anggota sanggar


Anggota sanggar

Kesepakatan


Bebas berekspresi/ progresif

Kesepakatan
Berkesenian/ terampil

Tanpa pengajar


Belajar berbakat

Aneka sumber

Bebas berekspresi/ progresif

Ditentuka
sendiri


2.1.3        Komponen sistem konsep pemfungsian seni
                        Yang dimaksud dengan pemfungsian seni adalah indentik dengan fungsi didik seni. Yaitu fungsi untuk menumbuhkembangkan potensi individu peserta didik lewat seni. Seperti yang dimaksud oleh R.l. Wickiser:
Wickiser menujuk sejumlah potensi, atau kemampuan dasar yang terkandung didalam setiap peserta didik, yang dapat dibantu tumbuh kembangnya lewat pengalaman seni. Potensi – potensi itu dikelompokkan menjadi 3 kategori potensi, yaitu :

1.      Potensi Kemampuan Dasar Umum (non seni)
Hal yang tergolong pada potensi ini antara lain adalah :
Perasaan, mental, sadar diri, imajinasi, pemurnian, berfikir dan bertindak. Pertumbuhan serta perkembangannya dapat dibantu lewat pengalaman seni.

2.      Potensi Kemampuan Dasar Rasa Estetik
Hal yang tergolong pada potensi ini meliputi :
Penginderaan, kreasi ( ekspresi dan imitasi ) dan apresiasi. Pengalaman seni bermanfaat untuk memelihara pertumbuhan implus estetik sebagai sumber dari potensi – potensi tersebut.

3.      Hidup Kreatif
Pengalaman seni membantu mempersiapkan hari depan peserta didik agar mampu hidup secara kreatif. antara lain hidup kreatif, sadar rasa sosial. Efisiensi ekonomis dan bagi yang berpembawaan seni, dapat dibantu tumbuh kembangnya.

Perkembangan Pendidikan Seni ( Pemfungsian Seni)
                        Pendidikan seni dalam pengertian (konsep) pemfungsian seni, secara formal baru tumbuh setelah konsep penularan telah mengalami perkembangan yang signifikan.
Dalam perkembangannya, pemfungsiannya seni mengalami 3 periode, yaitu  :

1.      Periode perintisan
Periode ini ditandai dengan wacana para pakar tentang perlunya pendidikan seni bagi peserta didik..

2.      Periode pertumbuhan
Periode ini ditandai dengan dicantumkannya pendidikan seni sebagai mata pelajarann

3.      Periode perkembangan
Periode ini ditandai dengan adanya muatan kajian pendidikan dengan pendidikan perasaan dan jati diri bangsa.

2.2.3.1 Perkembangan Pendidikan Seni di Dunia
1)      Periode Perintisan (abad XVII)
John Lock: menggambar merupakan sarana yang baik (efektif) untuk                                                                      mewujudkan tanggappan
A.H. Franke: menggambar merupakan kesempatan untuk latihan sekaligus istirahat
J.J Rousseu: menggambar merupakan sarana yang baik untuk mempertajam                                                              pengelihatan dan melembutkan tangan

2)      Periode Pertumbuhan (abad XIX)
J.H. Pestalozzi: menggambar merupakan sarana untuk mengembangkan pengematan,                                        sementara pengamatan sendiri merupakan sarana yang mutlak untuk                                          mempelajari ilmu pengetahuan

3)      Periode Perkembangan (abad XIX)
Periode Reformasi: menggambar sebagai bagiian dari seni. Berfungsi untuk                                                                         mengembangkan individu peserta didik.
G. Hirth (Jerman) dan E. Cook (Inggris): menggambar figurative berubah menjadi                                                             nonfigurative
S. Rose ( Belanda): mengembangkan rasa estetika dan seni rakyat lewat menggambar

2.2.3.2 Perkembangan Pendidikan Seni di Indonesia
      Perkemangan pendidikan seni di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan di Belanda dan Amerika, karena keduanya sangat mempengaruhi perkembanngan pendidikan seni di Indonesia. Mari kita analisis data tentang perkembangan pendidikan seni dikedua negara ini.

1.      Perkembangan Pendidikan Seni di Belanda
Periode perintisan : menggambar merupakan bahasa visual dan bermanfaat sebagai                                                             media komunikasi
Periode pertumbuhan: menggambar merupakan mata pelajaran keterampilan                                                                             (tuntutan pasar)
Periode perkembangan: Secara umum menggambar sebagai fungsi pembentukan :
      1. Reformasi I            : Dibawah pengaruh J.D. Ros, menggambar sebagai ekspresi perasaan                                                    
      2. Reformasi II           : Sebagai pelaksanaan Kongres Internasional ke 8, ekspresi sesui dengan minat serta kebutuhan                                                                   

2.      Perkembangan Pendidikan Seni di Amerika

Periode perintisan
F. Frabel   : unsur warna amat penting dalam menggambar
B. franklin : niat fungsi seni lebih penting dari pada tradisi budaya

Periode pertumbuhan
Pendidikan keterampilan  : menggambar dan apresiasi, seni industri, kesejahteraan                                                                          keluarga. Pakar didatangkan dari Eropa (Inggris) W.                                                                             Smith

Periode perkembangan
pendidkan progresif (kebebasan) 1920
Pandangan Deway sebagai landasan   : ekspresi pribadi, ekspresi pribadi menunjuk ke                                                                             kegiatan perorangan dan sosial bangsa dan negara.
Masa resensi dunia, Amerika mengalami ekonomi merosot, pendidikan seni turut          memecahkan
Masa imigrasi Jerman, pendidikan seni memanfaatkan Bauhaus menjadi desain
Masa perang dunia, pendidikan bermuatan politik, menggambar poster menang perang
Masa pasca perang, kebebasan berekspresi. Disamping kembali ke progresif, juga sebagai penyembuhan jiwa setelah perang
Masa perang dingin, pengembangan kreatifitas dalam pendidikan seni
Seni sebagai sosok pengetahuan,
      Tahun 1950 : seni sebagai sarana pendidikan dan sosok pengetahuan
      Tahun 1960 : seni sebagai bagian dari kehidupan sosial

Perkembangan Pendidikan seni di Indonesia

Periode perintisan
sebagai negara jajahan sekaigus terbelakang tidak mengalami periode perintisan

Periode pertumbuhan
sebelum merdeka : mencontoh pada Belanda 1930an, menggunakan mata pelajaran menggambar
sesudah merdeka : 1945-1960 : mengkiblad ke kurikulum dan buku – buku dari Belanda
                             1960-1975 : sesuai dengan buku – buku dari Belanda dan Amerika
                             1075-1884 : sesuai dengan buku – buku seri Amerika dan pola pembaharuan pendidikan Indonesia                
                                                                                                 
Periode perkembangan           
1994-2002: perkembangan bias, konsep dan arah pendidikan seni tidak jelas. Program pendidikan ke modern, muatan pendidikan kembali ke penjajahan.                                              
2004-kin: perkembangan pencerahan, Konsep dan arah pendidikan seni menunjuk ke pemfungsian seni dengan muatan yang berjati diri (budaya lokal).                                                 

Dari data perkembangan seni yang ada diatas dapat dilihat bagai man sejarah dan perkembangan seni yang ada di negara Indonesia, apa – apa saja yang mempengaruhinya, sampai pada pemfungsian seni yang ada di Indonesia.
                       
2.1.4        Beda komponen sistem akademik SMA dan SMK
      Sebagai salah satu mata pelajaran, Pendidikan Seni di Lembaga Pendidikan Umum berkonsep Pemfungsian Seni, bersistem Akademik dan bertujuan malaksanakan Pembenaran Esensial beserta Pembenaran Kontextualnya, meliputi :
1.      Jenjang pendidikan dasar (SD)
2.      Jenjang pendidikan dasar lanjutan (SMP)
3.      Jenjang pendidikan menengah atas (SMA)

Perbandingan Karakteristiik Komponen Sistem Akademik dari 2 Jenis Pendidikan Seni yang Berkonsep Pemfungsian Seni dan Penularan Seni

Sistem akademik
Komposisi sistem
Konsep pemfungsian
(Bidang Kajian Pendidikan Seni : SD/SMP/SMA  )
Konsep Penularan
(Bidang Kajian Seni : di SMK Bagian Seni  )
Tujuan Pembelajaran



Pembelajar

Pebelajar


Bahan Pelajaran (sumber)

Metode / Pendekatan Pembelajaran


Tempat dan Waktu Belajar
Membantu tumbuh kembang aneka potensi setiap individu pembelajar


Guru Profesional

Siswa pada usia sekolah tanpa prasyarat potensi seni

Kurikulum pendidikan umum

Pendekatan Laboratorium dan Progresif

Dijadwal (terikat)
Membantu tumbuh kembang potensi seni individu pembelajar pada umumnya

Guru Profesional

Siswa pada usia sekolah, dengan prasyarat potensi seni

Kurikulum pendidikan kejuruan
Pendekatan bengkel dan Laboratorium


Dijadwal (terikat)


2.1.5        Komponen sistem konsep seni masyarakat
2.1.5.1  Pengertian Seni yang Hakiki
      Pendidikan seni adalah hasil dari hubungan kausal yang dirancang antara Konsep Pendidikan dan Konsep seni. bagi Indonesia, konsep pendidikan telah ditetapkan oleh Undang – Undang Sistem pendidikan Nasional, sedangkan konsep seni dapat ditelusuri dari masyarakat. Bukan dicari dari sumber ilmu pengetahuan seni, sebab kajian yang sesuai untuk diperankan sebagai muatan pengalaman seni, adalah konsep seni yang diakrabi oleh masyarakat, termasuk peserta didik.

2.1.5.2  Konsep Pendidikan
       Rumusan lama yang pasif sifatnya, pendidikan dikonsepsikan sebagai usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi individu peserta didik. Sedang rumusan baru yang aktif sifatnya, pendidikan dikonsepsikan sebagai usaha sadar untuk mewujudkan proses belajar guna menumbuhkembangkan potensi diri peserta didik.
        Untuk melaksanakan upaya sadar tersebu t, baik yang pasif maupun yang aktif, diperlukan tersedianya bahan untuk belajar. Salah atunya adlah kajian pendidikan seni untuk sekolah umum ( konsep pemfungsian seni ), dan kajian seni untuk sekolah kejuruan seni ( konsep penularan seni ). baik kajian pendidikan seni maupun kajian seni, sama muatannya, yaitu seni. Masing – masing seni konsep domein pengetahuan, dan seni konsep masyarakat.

2.1.5.3  Konsep Seni sebagai Kajian Estetika
        Seni merupakan bagian dari estetika (pengetahuan tentang keindahan). Estetika sendiri dapat dibedakan menjadi est. filsafat, est. ilmiah, est. pengalaman
        Sebgai bagian dari est. filosofi dan ilmiah, seni mengandung pengertian hakiki sebagai imitasi. Sedangkan sebagai sebagian dari est. pengalaman, seni mengandung pengertian hakiki sebagai ekspresi perasaan.

2.1.5.4  Konsep Seni Masyarakat
        Seni sebagi bagian dari budaya, mengandung konsep awam. Karena itu selanjutnya disebut konsep masyarakat. Dengan cara pandangnya sendiri setiap komunitas ataupun warga masyarakat merasa berhak untuk menentukan konsep seni yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupannya.
        Berbeda dengan konsep pengetahuan seni, keberadaan konsep masyarakat tidak tunggal, tetapi beragam, antara lain (yang populer), seni diidentikkan dengan bentuk yang indah, dengan bentuk yang memberikan hiburan, dengan bentuk berperan sebagai komunikasi idea, dengan bentukhasil imitasi dan bentuk hasil ekspresi.
         Dalam penerapannya konsep – konsep tersebut terpisah satu sama lain ataupun secara bersama beberapa diantaranya. Misalnya bentuk yang indah dan memberikan hiburan dalam seni yang memadai. Bentuk yang indah, memberikan hiburan dan menyampaikan pesan yang dimengerti pengamat adalah karya seni yang memadai
         Indah, hiburan dan komunikasi idea yang dipandang konsep itu. sebenatnya merupakan atribut bentun karya seni. sedangkan imitasi ddan ekspresi yang dioandanng sebagai identitas seni, adalah konsep seni. Dengan demikian konsep seni masyarakat menjadi ganda imitasi dan ekspresi.
          Imitasi dan ekspresi yang dipandang sebagai identitas seni atau konsep seni itu pada dasarnya adalah modus dari prosses kreasi. Dengan menggunakan modus tersebut serta dengan memanfaatkan karakter bahan mentah yang digunakan oleh pelaku seni (rupa/bunyi/gerak)akan dihasilkan fariasi karya seni, masing – masing berupa bentuk karya seni dengan atributnya,yaitu keindahan, hiburan dan media komunikasi.

2.1.5.5  Deskripsi Konsep Seni di Masyarakat
           Pada dasarnya karya seni (bentuk) dikreasioleh pelaku seni dengan modus imitasi ataupun ekspresi. Tujuannya untuk menghasilkan karya seni, selanjutnya untuk dipersembahkan kepada pengamat. Bagi fihak pengamat keberadaan karya seni berpotensi menimbulkan respon estetik (tanggapan rasa indah)
          Seni dapat dideskripsikan sebagai kegiatan pelaku seni untuk mewujudkan pengalaman batinnya untuk bentuk kasat indra. Dengan harapan agar dapat menimbulkan pengalaman baru bagi pengamatnya.
          Hasil kreasi berbentuk karya seni yang indah. Dikreasi terutama untuk dinikmati sendiri. Hasil kreasi berbentuk karya seni yang menarik, dikreasi terutama untuk memberi hiburan (rasa senang) kepada pengamatnya.Hasil kreasi berbentuk karya seni yang berfungsi terutama menyampaikan pesan verbal (media komunikasi), antara pelaku dan pengamat.

2.1.6        Wilayah seni murni dan seni terapan

2.1.6.1  Konsep wilayah seni
        Kajian konsep seni ini dimaksud untuk menjelaskan keapaan seni guna mengenali karakteristiknya. Disamping mengenali konsepnya sendiri, juga beragam wilayahnya. wilayah yang terbangun sebagai akibat kehendak pelaku seni untuk memurnikan dan memanfaatkan hasil kreasinya, sehingga terbentuk wilayah seni murni dan wilayah seni terapan. juga sebgai akibat digunakannya bahan dasar (mentah) untuk media pewujud seni dalam proses kreasi. Sehingga terbentuk wilayah seni – ruang dan seni – waktu.
         Yang dimaksud seni ruang adalah seni yang menggunakan media pewujud rerupaan. Baik rupa yang berbentuk 2 dimensi, maupun 3 dimensi. Sedangkan seni waktu adalah seni yang menggunakan media pewujud bebunyian dan gegerakan. Cirinya adalah, untuk seni ruang tampilan karya seni dalam pameran tidak terbatas waktu dan ruang, sementara seni waktu tampilan karya seni dalam pagelaran tersebut terbatas waktu dan ruang.

2.1.6.2  Wilayah seni
                        Wilayah seni dapat dilihat dari 2 buah sisi, yaitu :
1.      Dilihat ari sisi pelaku seni dalam hal pemanfaatan kegiatana seni.

Proses Kreasi
oleh Pelaku
Hasil Kreasi
Karya Seni
Pengamatan
Oleh pengamat
 Imitasi   

Modus

Ekspresi
Bentuk Indah

Bentuk hiburan


Bentuk media komunikasi


Respon Estetik
 

a.               Kegiatan imitasi / ekspresi yang menghasilkan bentuk yang indah, untuk       kenikmatan diri sendiri, juga pengamat jika mau
b.              Kegiatan imitasi / ekspresi yang menghasilkan bentuk – bentuk yang memberikan hiburan, ditunjukkan semata – mata kepada pengamat
c.               Kegiatan imitasi / ekspresi yang menghasilkan bentuk yang dapat menyampaikan pesan semata – mata kepada pengamat.

Dapat dilihat disini  bahwa pada ragam (a) termasuk kepada seni murni / seni mayor / seni otentik. Sedangkan pada ragam (b) dan (c) termasuk wilayah dari seni terapan / minor/ seni fungsional.

          Menurut jenisnya seni disini terbagi menjadi 2 macam, yaitu  :

1.              Seni Rupa Murni (fine art)
          Yaitu seni yang semata – mata hanya terikat pada kepentingan estetis, misalnya seni lukis, seni patung.                         
           Seni murni dapat dinikmati langsung oleh manusia baik bagi media ekspresi maupun sebagai sarana apresiasi. Jadi dalam hal ini penikmatan seni murni lebih erat hubungannya dengan penumbuhan kebutuhan emosi (perasaan)                                         
                  Contoh dari seni rupa murni ini diantaranya adalah  :
*            Seni lukis
       Dalam penertian modern  seni lukis adalah ungkapan rasa estetis dengan menggunakan unsur – unsur garis, bidang, ruang, bentuk, warna serta cahaya, dalm kesatuann yang harmonis pada bidang dua dimensi atau dua matra.
       Bidang dua dimensi hanya dibatasi panjang dan lebar. Jika mengungkapkan ruang dengan pertolongan perspektif garis atau gelap terang warna. sedang cahaya merupakan hal yang penting juga. Karena menggunakan bidang datar saja, maka seni lukis hanya dapat dinikmati dari satu arah pandang saja dari depan atau frontal.
*            Seni Patung
                 Patung merupakan cabang dari seni rupa yang proses penciptaannya diwujudkan dalam bentuk 3 dimensi, sehingga dapat dilihat dari berbagai arah.
                 Keberadaan seni patung dimulai sejak zaman pra sejarah dan merupakan seni yang tertua. Kehadirannya dimulai dengan kebutuhan manusia untuk memvisualisasi roh nenek moyang sebagai tanda pemujaan patung – patung nenek moyang dan totem – totem.
*            Seni ukir (pahat)

2.   Seni Rupa Terapan (appllied art)
               Seni ini disebut juga sebagai seni guna (usefulart) yaitu seni yang diciptakan selain terikat kepentingan estetis juga terikat dengan kepentingan utamanya yakni manfaat dan kegunaan. Contoh seni ini misalnya seni kerajinan, seni dekorasi dan seni busana. Penikmatan seni ini tidak hanya langsung pada nilai estetisnya, tetapi lebih ditekannkan pada kegunaan dan manfaat nya. Jadi seni ini pada umumnya lebih dekat pada pemuasan kebutuhan fisik / jasmani.

*            Seni arsitektur (bangunan)
         Disebut juga seni arsitektur, merupakan salah satu karya rupa tiga dimensi yang pembuatannya dilakukan dengan penuh pertimbangan – pertimbangan secara konstruktif dengan menggunakan bahan kayu, batu maupun logam.

*            Seni reklame
          Kata reklame berasal dari kata Re dan Clamo, Re berarti berulang – ulang atau kembali dan calamo artinya seruan atau berita. Jadi reklame artinya seruan atau berita yang berulang – ulang.
           Sesuai dengan arti katanya maka seni reklame digunakan untuk menerukan atau untuk menganjurkan menawarkan barang atau produk kepada masyarakat. Pengertian secara umum reklame adalah alat (media) komunikasi antara produsen dan konsumen untuk memperkenalkan barang produksinya.
Penawarannya dibuat menarik hingga membangkitkan animo masyarakat untuk membeli. Dalam perwujudannya reklame terdiri dari reklame visual (reklame pengelihatan), reklame audio (reklame pendenganran) dan reklame audio visual ( reklame pendengaran dan pengelihatan )
             
*            Seni karikatur
                 Karikatur merupakan gambar yang dibuat dengan coretan – coretan yang menitik beratkan pada karakter objeknya. Gambarnya bersifat ejekan , sindiran, dan kritikan yang dibuat lucu – lucu. pembuatan gambarannya bersifat isidental. Yaitu tatkala suatu peristiwa atau kejadian itu berlangsung. umumnya kejadian – kejadian yang digambarkan adalah kejadian – kejadian yang dilakukan oleh orang – orang tgernama atau tokoh seperti dalam dunia politik, olahraga, kesenian dan sebagainya.
§   
2.      Dilihat dari sisi media pewujud yang digunakan oleh pelaku seni

a.               Bahan yang terikat oleh waktu dan ruang
             Contohnya disini adalah Seni musik dan seni tari. Seni ini lazimnya disebut                        sebagai seni waktu.

b.              Bahan yang tidak terikat oleh waktu dan ruang
               Contohnya disini adalah seni rupa 2D dan seni rupa 3D. Biasanya seni ini               disebut sebagai seni ruang.

1 komentar:

  1. Pendidikan diIndonesia merupakan hala yang sangat penting bagi generasi penerus bangsa. Seorag pendidik memiliki konsep pendidikan masing -masing untuk membentuk karekter anak. Pendidikan melalui seni cotohnya mengajarkan ke peserta didik dengan cara yang estetik. memperlihtkan keindahan ilmu yang diajarkan sehingga peserta didik mampu memahami materi dengan baik dan dengan cara yang menyenangkan. Selain itu pendidikan seni itu sendiri dapat mempengaruhi jiwa estetika pesrta didik. Dimna disini kreatifitas seorang peserta diri tanpa disadari akan terlatih hanya dengan melihat sesuatu yang indah ketika pendidik mengajar.

    BalasHapus