Pengertian Konsep Pendidikan Seni
Pengertian Konsep Pendidikan Seni
Konsep
seni secara utuh mencakup: (a) Pengertian seni, (b) Sifat dasar seni,
(c) Unsur-unsur karya seni, dan (d) Ragam seni.
Seni adalah kegiatan manusia dalam mengekspresikan pengalaman hidup dan kesadaran artistiknya yang melibatkan kemampuan intuisi, kepekaan indriawi dan rasa, kemampuan intelektual, kreativitas serta keterampilan teknik untuk menciptakan karya yang memiliki fungsi personal atau sosial dengan menggunakan berbagai media.
Pengertian Seni bersifat majemuk, dinamis, bergerak bebas, terbuka mencakup berbagai kecenderungan individual yang khas. Banyak faktor yang menentukan batasan atau makna seni, seperti: kurator, kritikus, pasar, kondisi kultural, dan lain-lain.
Seni adalah kegiatan manusia dalam mengekspresikan pengalaman hidup dan kesadaran artistiknya yang melibatkan kemampuan intuisi, kepekaan indriawi dan rasa, kemampuan intelektual, kreativitas serta keterampilan teknik untuk menciptakan karya yang memiliki fungsi personal atau sosial dengan menggunakan berbagai media.
Pengertian Seni bersifat majemuk, dinamis, bergerak bebas, terbuka mencakup berbagai kecenderungan individual yang khas. Banyak faktor yang menentukan batasan atau makna seni, seperti: kurator, kritikus, pasar, kondisi kultural, dan lain-lain.
Pada
dasarnya semua cabang seni memiliki peran atau fungsi yang penting
dalam kehidupan. Peran atau fungsi tersebut antara lain: fungsi
individual dan fungsi sosial. Seni untuk anak-anak berbeda dengan seni
untuk orang dewasa karena karakter fisik maupun mentalnya berbeda. Hal
ini penting diperhatikan khususnya dalam melakukan penilaian karya anak
didik, supaya hasil kreasi anak tidak diukur menurut selera dan kriteria
keindahan orang dewasa.
Fungsi seni dalam pendidikan berbeda dengan fungsi seni dalam kerja profesional. Seni untuk pendidikan difungsikan sebagai media untuk memenuhi fungsi perkembangan anak, baik fisik maupun mental. Sedang seni dalam kerja profesional difungsikan untuk meningkatkan kemampuan bidang keahliannya secara profesional.
Fungsi seni dalam pendidikan berbeda dengan fungsi seni dalam kerja profesional. Seni untuk pendidikan difungsikan sebagai media untuk memenuhi fungsi perkembangan anak, baik fisik maupun mental. Sedang seni dalam kerja profesional difungsikan untuk meningkatkan kemampuan bidang keahliannya secara profesional.
Sifat dasar seni terdiri atas :
1. Kreatif
2. Individualitas
3. Nilai ekspresi / perasaan
4. Keabadian
5. Semesta / universal
Karya seni diciptakan seniman tidak selalu untuk menyenangkan perasaan manusia. Karya seni dapat memberikan perasaan kaget, terkejut, terteror, namun tetap memberikan nilai-nilai lain yang dibutuhkan manusia, seperti perenungan, pemikiran, penyadaran, pencerahan, dan sebagainya (prosa, puisi, dan sebagainya).
Nilai-nilai yang terdapat pada suatu karya seni dapat dinikmati dan diapresiasi melalui unsur-unsur yang terdapat di dalamnya, yakni:
1. Struktur visual
2. Tema
3. Medium
4. Gaya / stayl
5. Konsep pendidikan seni
Dasar-dasar
pemikiran dimasukkannya seni dalam Kurikulum Pendidikan Nasional
bertumpu pada pokok-pokok pikiran
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan
Pendidikan Seni di sekolah-sekolah umum seyogianya menggunakan
pendekatan multidisiplin, multidimensional dan multikultural.
2. Pembentukan
pribadi yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan
kemampuan dasar anak didik melalui pendekatan belajar dengan seni,
melalui seni dan tentang seni sesuai minat dan potensi anak.
3. Pendidikan
seni berperan mengembangkan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan
emosional (EQ), kecerdasan kreativitas (CQ), kecerdasan spiritual (SQ)
dan multi-intelegensi (MI).
Tujuan Pembelajaran selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengembangkan sensitivitas persepsi indriawi melalui berbagai pengalaman kreatif berkesenian.
2. Menstimulus
pertumbuhan ide-ide imajinatif dan kemampuan menemukan berbagai gagasan
kreatif dalam memecahkan masalah artistik atau estetik melalui proses
eksplorasi, kreasi, presentasi/penyajian dan apresiasi.
3. Mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan berkesenian dengan disiplin ilmu lain yang
serumpun atau tak serumpun melalui berbagai pendekatan keterpaduan.
4. Mengembangkan
kemampuan apresiasi seni dalam konteks sejarah dan budaya sebagai
sarana pembentukan sikap saling toleran dan demokratis dalam masyarakat
yang pluralistik (majemuk).
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran seni
secara optimal maka baik proses maupun hasil pembelajaran keduanya perlu
mendapat perhatian yang sama.Dalam pelaksanaan pembelajaran seni di
sekolah-sekolah, pengalaman belajar mencipta seni disebut sebagai
pembelajaran berkarya. Sedang pengalaman memersepsi, melihat, dan
menghayati serta memahami seni disebut sebagai pembelajaran apresiasi.
Pembelajaran
berkarya seni mengandung dua aspek kompetensi, yaitu: keterampilan dan
kreativitas. Pada anak - anak kompetensi keterampilan lebih difokuskan
pada pengalaman eksplorasi untuk melatih kemampuan sensorik dan motorik,
bukan menjadikan anak mahir atau ahli. Sedangkan kreativitas di sini
meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang terlihat dari
produk/hasil karya dan proses dalam bersibuk diri secara kreatif
(Semiawan, Munandar, 1990: 10). Pembelajaran apresiasi disampaikan tidak
hanya sebatas pengetahuan saja, namun melibatkan pengalaman mengamati,
mengalami, menghayati, menikmati dan menghargai secara langsung
aktivitas berolah seni.
2.1.2 Komponen sistem konsep penularan seni
Penyelenggaraan
pendidikan seni di Lembaga pendidikan kejuruan seni beragam. Dilihat
dari sisi sistem yang dikembangkan oleh masing – masing terdapat lima
jenis llembaga penyelenggara pendidikan seni. Semuanya berkonsepsama,
yaitu “Penularan seni”. karena itu semuanya berkomponen tujuan sama
pula, yaitu mempersiapkan calon seniman, pekerja, profesional dibidang
seni.
Dan
inilah yang biasanya dipakai dalam sistem pengajaran di SMK yang sangat
berbeda basisnya dengan sistem pengajaran di SMA yang menggunakan
pemfungsian seni. Hal ini digunakan mengingat tujuan dari pengajaran
seni di SMK sendiri adalah untuk mengoptimalkan kemampuan peserta
didiknya untuk menjadikan mereka calon seniman, pekerja profesional,
maupun profesional dibidang seni.
Sejarah
pendidikan seni mencatat adanya 5 jenis lembaga pendidikan kejuruan
seniman, dilihat dari segi sistemnya. Kelimanya adalah :
1. Bersistem pewarisan
Ini
merupakan sistem penularan kemampuan berkesenian oleh orang tua yang
memiliki seni ( seorang seniman ) kepada anak kandungnya. Jadi ini
merupakan sistem pewarisan bakat dari orang tua kepada anaknya dari
garis darah mereka.
2. Bersistem Aprentisip
Ini
merupakan sistem penularan kemampuan berkesenian dari seniman master ke
aprentisnya. Bagaimana maksudnya, maksudnya dalah seorang amster /
seniman disini mewariskan semua ilmunya kepada seorang aprentis, yaitu
anak yang memiliki keinginan untuk mengembangkan kemampuannya dibidang
berkesenian, minimal dia memiliki bakat dasar untuk mengenal seni. Maka
ketika dia ingin mempelajari seni, seorang master tadi mewariskan semua
yang dia miliki kepada ank tersebut. dan dalam hal ini berbeda dengan
sistem pewarisan yang harus anak kandungnya, sistem aprentisip tidak
harus anak kandung, yang penting anak didik itu memiliki keinginan untuk
mengenal seni dan berbakat.
3. Bersistem Akademik
Penularan
ini dilakukan dengan cara penularan kemampuan berkesenian dari guru
ahli berdasarkan teori pengetahuan seni kepada peserta didiknya. Ini
biasanya yang berlaku disekolah – sekolah. Penularan ini lebih banyak
terjadi mengingat bahwa pengajaran seni yang sering kali di anak
tirikan, menyebabkan seni hanya menjadi pelajaran materi dikelas – kelas
tanpa adanya kegiatan yang menunjang untuk pengembangan bakat terhadap
anak – anak yang menginginkannya. guru hanya tinggal mengejar dan dari
apa yang dia tahu, peserta didik akan mewarisi apa – apa yang telah
diajarkan.
4. Bersistem Sanggar
Penularan
sitem ini dilakukan dengan carapenularan kemampuan, yaitu penularan
pengalaman berkesenian antar seniman muda. Kenapa dikatakan seperti ini,
hal ini karena sanggar merupakan tempat dimana dalam proses
pembelajarannya tidak ada orang yang dianggap lebih dari mereka – mereka
sendiri. Intinya tidak ada guru didalamnya. Disanggar siapa yang
mengajar dan diajar adalah sama. secara merata mereka bisa menjadi guru,
dan bisa juga menjadi murid. Mereka hanya tinggal menyampaikan
pengalaman mereka jika yang lain merasa dia yang lebih tahu, lebih bisa,
lebiah terampil dalam bidang itu. Dari situlah mereka saling
menularkan.Namun sekarang sanggar – sanggar yang banyak bediri sudah
tidak menggunakan sitem sanggar seperti halnya hakikat dari sistem
sanggar diatas. Kebnyakan sanggar – sanggar seni yang ada saat ini
memiliki guru dalam sitem penularannya. Mereka mencari peserta didik
untuk diajari, bukan uyntuk saling bertukar pikiran. Sejenis dengan
sistem akademik di sekolah, tetapi dalam lingkup yang tidak seformal
sekolah karena sanggar memang tidak berbadan.
5. Bersistem Otodidak
Ini
merupakan sistem penularan kesenian dari sumber daya apapun yang
dipandang kompeten oleh pembelajaran calon seniman. Sistem ini sama
dengan sistem sanggar dimana tidak ada guru tetap dalam sistem
pembelajarannya. Tetapi berbeda, karena orang ini belajar dari berbagai
hal yang ia temui. Jika dia melihat ada orang yang bisa membantunya,
naka dia akan belajar pada orang itu, demikian juga bila seandainya dia
menemukan sebuah buku panduan yang bisa dia pelajari, maka dia akan
belajar secara mandiri pada buku itu. Jadi penularan ini lebih besifat
usaha pribadinya untuk membuat diri individu itu berkembang.
Ciri masing – masing system dapat dikenali dari komponen dari setiap system.
Macam – macam pendekatan untuk sistem – sistem ini sendiri ada 3 macam, yaitu :
1. Pendekatan Bengkel
Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan sistem memberikan contoh kepada
peserta didik agar peserta didik menirunya ( harus
diikuti )
2. Pendekatan Laboratorium
Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan sistem memberikan teori – teori
kepada peserta didik supaya nantinya peserta
didik bisa mengaplikasikannya dalam
pembuatan karya – karya yang ingin dia buat
3. Pendekatan studio
Yaitu pendekatan yang dilakukan secara progresif dan menekankan kepada
proses pengekspresian diri dari peserta didik
sendiri, dan pada pendekatan ini peserta didik diharapkan mampu untuk
berkarya secara individual.
Pendekatan – pendekatan inilah yang akhirnya akan digunakan sebagai
cara untuk memperkenalkan seni kepada peserta didik. Namun perlu digaris
bawahai bahwa penggunaan metode – metode ini tergantung pada apa
pengajarannya. Apakah SMA ataukan SMK. karna pada SMA yang memang
menganut sistem pewarisan kemampuan tidak mungkin digunakn sistem
pendekatan bengkel. Namun beda halnya dengan SMK, dimana mereka
diajarkan untuk mengoptimalkan kemampuan, maka pendekatan bengkel tadi
tentu sangat perlu dilakukan.
Karakteristik Komponen 5 System Pendidikan Seni yang Berkonsep Penularan Seni
Sistem Pendidikan
Komponen
|
Aprentisip
|
Pewarisan
|
Akademik
|
Sanggar
|
Otodidak
|
Tujuan Pembelajaran
Pengajar (Pembelajar)
Pelajar (Pebelajar)
Bahan Pembelajaran (sumber)
Metode pembelajaran / pendekatan
Tempat / Waktu Pembelajaran
|
Berkesenian/ terampil
Seniman Master
Aprentis
Ditentukan pembelajar
Mengcopy/ pendekatan bengkel
Ditentukan pembelajar
|
Berkesenian/ terampil
Seniman orang tua pembelajar
Anak pembelajar
Ditentukan pembelajar
Mengcopy/ pendekatan bengkel
Ditentukan pembelajar
|
Berkesenian/ terampil
Pembelajar Profesional
Pembelajar berbakat
Kurikulum
Meniru/ pendekatan laboratorium
Ditentukan lembaga
|
Berkesenian/ terampil
Anggota sanggar
Anggota sanggar
Kesepakatan
Bebas berekspresi/ progresif
Kesepakatan
|
Berkesenian/ terampil
Tanpa pengajar
Belajar berbakat
Aneka sumber
Bebas berekspresi/ progresif
Ditentuka
sendiri
|
2.1.3 Komponen sistem konsep pemfungsian seni
Yang dimaksud dengan pemfungsian seni adalah indentik dengan fungsi
didik seni. Yaitu fungsi untuk menumbuhkembangkan potensi individu
peserta didik lewat seni. Seperti yang dimaksud oleh R.l. Wickiser:
Wickiser
menujuk sejumlah potensi, atau kemampuan dasar yang terkandung didalam
setiap peserta didik, yang dapat dibantu tumbuh kembangnya lewat
pengalaman seni. Potensi – potensi itu dikelompokkan menjadi 3 kategori
potensi, yaitu :
1. Potensi Kemampuan Dasar Umum (non seni)
Hal yang tergolong pada potensi ini antara lain adalah :
Perasaan,
mental, sadar diri, imajinasi, pemurnian, berfikir dan bertindak.
Pertumbuhan serta perkembangannya dapat dibantu lewat pengalaman seni.
2. Potensi Kemampuan Dasar Rasa Estetik
Hal yang tergolong pada potensi ini meliputi :
Penginderaan,
kreasi ( ekspresi dan imitasi ) dan apresiasi. Pengalaman seni
bermanfaat untuk memelihara pertumbuhan implus estetik sebagai sumber
dari potensi – potensi tersebut.
3. Hidup Kreatif
Pengalaman
seni membantu mempersiapkan hari depan peserta didik agar mampu hidup
secara kreatif. antara lain hidup kreatif, sadar rasa sosial. Efisiensi
ekonomis dan bagi yang berpembawaan seni, dapat dibantu tumbuh
kembangnya.
Perkembangan Pendidikan Seni ( Pemfungsian Seni)
Pendidikan seni dalam pengertian (konsep) pemfungsian seni, secara
formal baru tumbuh setelah konsep penularan telah mengalami perkembangan
yang signifikan.
Dalam perkembangannya, pemfungsiannya seni mengalami 3 periode, yaitu :
1. Periode perintisan
Periode ini ditandai dengan wacana para pakar tentang perlunya pendidikan seni bagi peserta didik..
2. Periode pertumbuhan
Periode ini ditandai dengan dicantumkannya pendidikan seni sebagai mata pelajarann
3. Periode perkembangan
Periode ini ditandai dengan adanya muatan kajian pendidikan dengan pendidikan perasaan dan jati diri bangsa.
2.2.3.1 Perkembangan Pendidikan Seni di Dunia
1) Periode Perintisan (abad XVII)
John
Lock: menggambar merupakan sarana yang baik (efektif) untuk
mewujudkan tanggappan
A.H. Franke: menggambar merupakan kesempatan untuk latihan sekaligus istirahat
J.J
Rousseu: menggambar merupakan sarana yang baik untuk mempertajam
pengelihatan dan melembutkan tangan
2) Periode Pertumbuhan (abad XIX)
J.H.
Pestalozzi: menggambar merupakan sarana untuk mengembangkan pengematan,
sementara pengamatan sendiri
merupakan sarana yang mutlak untuk
mempelajari ilmu pengetahuan
3) Periode Perkembangan (abad XIX)
Periode
Reformasi: menggambar sebagai bagiian dari seni. Berfungsi untuk
mengembangkan individu peserta didik.
G.
Hirth (Jerman) dan E. Cook (Inggris): menggambar figurative berubah
menjadi
nonfigurative
S. Rose ( Belanda): mengembangkan rasa estetika dan seni rakyat lewat menggambar
2.2.3.2 Perkembangan Pendidikan Seni di Indonesia
Perkemangan pendidikan seni di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan di Belanda dan Amerika, karena keduanya sangat mempengaruhi perkembanngan pendidikan seni di Indonesia. Mari kita analisis data tentang perkembangan pendidikan seni dikedua negara ini.
1. Perkembangan Pendidikan Seni di Belanda
Periode
perintisan : menggambar merupakan bahasa visual dan bermanfaat sebagai
media
komunikasi
Periode
pertumbuhan: menggambar merupakan mata pelajaran keterampilan
(tuntutan pasar)
Periode perkembangan: Secara umum menggambar sebagai fungsi pembentukan :
1.
Reformasi I : Dibawah pengaruh J.D. Ros, menggambar sebagai
ekspresi perasaan
2.
Reformasi II : Sebagai pelaksanaan Kongres Internasional ke
8, ekspresi sesui dengan minat serta
kebutuhan
2. Perkembangan Pendidikan Seni di Amerika
Periode perintisan
F. Frabel : unsur warna amat penting dalam menggambar
B. franklin : niat fungsi seni lebih penting dari pada tradisi budaya
Periode pertumbuhan
Pendidikan
keterampilan : menggambar dan apresiasi, seni industri, kesejahteraan
keluarga. Pakar didatangkan dari Eropa (Inggris) W.
Smith
Periode perkembangan
pendidkan progresif (kebebasan) 1920
Pandangan
Deway sebagai landasan : ekspresi pribadi, ekspresi pribadi menunjuk
ke
kegiatan perorangan dan sosial bangsa dan negara.
Masa resensi dunia, Amerika mengalami ekonomi merosot, pendidikan seni turut memecahkan
Masa imigrasi Jerman, pendidikan seni memanfaatkan Bauhaus menjadi desain
Masa perang dunia, pendidikan bermuatan politik, menggambar poster menang perang
Masa pasca perang, kebebasan berekspresi. Disamping kembali ke progresif, juga sebagai penyembuhan jiwa setelah perang
Masa perang dingin, pengembangan kreatifitas dalam pendidikan seni
Seni sebagai sosok pengetahuan,
Tahun 1950 : seni sebagai sarana pendidikan dan sosok pengetahuan
Tahun 1960 : seni sebagai bagian dari kehidupan sosial
Perkembangan Pendidikan seni di Indonesia
Periode perintisan
sebagai negara jajahan sekaigus terbelakang tidak mengalami periode perintisan
Periode pertumbuhan
sebelum merdeka : mencontoh pada Belanda 1930an, menggunakan mata pelajaran menggambar
sesudah merdeka : 1945-1960 : mengkiblad ke kurikulum dan buku – buku dari Belanda
1960-1975 : sesuai dengan buku – buku dari Belanda dan Amerika
1075-1884 : sesuai dengan buku – buku seri Amerika dan pola pembaharuan pendidikan Indonesia
Periode perkembangan
1994-2002:
perkembangan bias, konsep dan arah pendidikan seni tidak jelas. Program
pendidikan ke modern, muatan pendidikan kembali ke
penjajahan.
2004-kin:
perkembangan pencerahan, Konsep dan arah pendidikan seni menunjuk ke
pemfungsian seni dengan muatan yang berjati diri (budaya
lokal).
Dari data
perkembangan seni yang ada diatas dapat dilihat bagai man sejarah dan
perkembangan seni yang ada di negara Indonesia, apa – apa saja yang
mempengaruhinya, sampai pada pemfungsian seni yang ada di Indonesia.
2.1.4 Beda komponen sistem akademik SMA dan SMK
Sebagai
salah satu mata pelajaran, Pendidikan Seni di Lembaga Pendidikan Umum
berkonsep Pemfungsian Seni, bersistem Akademik dan bertujuan
malaksanakan Pembenaran Esensial beserta Pembenaran Kontextualnya,
meliputi :
1. Jenjang pendidikan dasar (SD)
2. Jenjang pendidikan dasar lanjutan (SMP)
3. Jenjang pendidikan menengah atas (SMA)
Perbandingan
Karakteristiik Komponen Sistem Akademik dari 2 Jenis Pendidikan Seni
yang Berkonsep Pemfungsian Seni dan Penularan Seni
Sistem akademik
Komposisi sistem
|
Konsep pemfungsian
(Bidang Kajian Pendidikan Seni : SD/SMP/SMA )
|
Konsep Penularan
(Bidang Kajian Seni : di SMK Bagian Seni )
|
Tujuan Pembelajaran
Pembelajar
Pebelajar
Bahan Pelajaran (sumber)
Metode / Pendekatan Pembelajaran
Tempat dan Waktu Belajar
|
Membantu tumbuh kembang aneka potensi setiap individu pembelajar
Guru Profesional
Siswa pada usia sekolah tanpa prasyarat potensi seni
Kurikulum pendidikan umum
Pendekatan Laboratorium dan Progresif
Dijadwal (terikat)
|
Membantu tumbuh kembang potensi seni individu pembelajar pada umumnya
Guru Profesional
Siswa pada usia sekolah, dengan prasyarat potensi seni
Kurikulum pendidikan kejuruan
Pendekatan bengkel dan Laboratorium
Dijadwal (terikat)
|
2.1.5 Komponen sistem konsep seni masyarakat
2.1.5.1 Pengertian Seni yang Hakiki
Pendidikan seni adalah hasil dari hubungan kausal yang dirancang antara Konsep Pendidikan dan Konsep seni. bagi Indonesia,
konsep pendidikan telah ditetapkan oleh Undang – Undang Sistem
pendidikan Nasional, sedangkan konsep seni dapat ditelusuri dari
masyarakat. Bukan dicari dari sumber ilmu pengetahuan seni, sebab kajian
yang sesuai untuk diperankan sebagai muatan pengalaman seni, adalah
konsep seni yang diakrabi oleh masyarakat, termasuk peserta didik.
2.1.5.2 Konsep Pendidikan
Rumusan
lama yang pasif sifatnya, pendidikan dikonsepsikan sebagai usaha sadar
untuk menumbuh kembangkan potensi individu peserta didik. Sedang rumusan
baru yang aktif sifatnya, pendidikan dikonsepsikan sebagai usaha sadar
untuk mewujudkan proses belajar guna menumbuhkembangkan potensi diri
peserta didik.
Untuk
melaksanakan upaya sadar tersebu t, baik yang pasif maupun yang aktif,
diperlukan tersedianya bahan untuk belajar. Salah atunya adlah kajian
pendidikan seni untuk sekolah umum ( konsep pemfungsian seni ), dan
kajian seni untuk sekolah kejuruan seni ( konsep penularan seni ). baik
kajian pendidikan seni maupun kajian seni, sama muatannya, yaitu seni.
Masing – masing seni konsep domein pengetahuan, dan seni konsep
masyarakat.
2.1.5.3 Konsep Seni sebagai Kajian Estetika
Seni merupakan bagian dari estetika (pengetahuan tentang
keindahan). Estetika sendiri dapat dibedakan menjadi est. filsafat, est.
ilmiah, est. pengalaman
Sebgai bagian dari est. filosofi dan ilmiah, seni mengandung
pengertian hakiki sebagai imitasi. Sedangkan sebagai sebagian dari est.
pengalaman, seni mengandung pengertian hakiki sebagai ekspresi perasaan.
2.1.5.4 Konsep Seni Masyarakat
Seni sebagi bagian dari budaya, mengandung konsep awam. Karena
itu selanjutnya disebut konsep masyarakat. Dengan cara pandangnya
sendiri setiap komunitas ataupun warga masyarakat merasa berhak untuk
menentukan konsep seni yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupannya.
Berbeda
dengan konsep pengetahuan seni, keberadaan konsep masyarakat tidak
tunggal, tetapi beragam, antara lain (yang populer), seni diidentikkan
dengan bentuk yang indah, dengan bentuk yang memberikan hiburan, dengan
bentuk berperan sebagai komunikasi idea, dengan bentukhasil imitasi dan
bentuk hasil ekspresi.
Dalam penerapannya konsep – konsep tersebut terpisah satu sama
lain ataupun secara bersama beberapa diantaranya. Misalnya bentuk yang
indah dan memberikan hiburan dalam seni yang memadai. Bentuk yang indah,
memberikan hiburan dan menyampaikan pesan yang dimengerti pengamat
adalah karya seni yang memadai
Indah, hiburan dan komunikasi idea yang dipandang konsep itu.
sebenatnya merupakan atribut bentun karya seni. sedangkan imitasi ddan
ekspresi yang dioandanng sebagai identitas seni, adalah konsep seni.
Dengan demikian konsep seni masyarakat menjadi ganda imitasi dan
ekspresi.
Imitasi dan ekspresi yang dipandang sebagai identitas seni atau
konsep seni itu pada dasarnya adalah modus dari prosses kreasi. Dengan
menggunakan modus tersebut serta dengan memanfaatkan karakter bahan
mentah yang digunakan oleh pelaku seni (rupa/bunyi/gerak)akan dihasilkan
fariasi karya seni, masing – masing berupa bentuk karya seni dengan
atributnya,yaitu keindahan, hiburan dan media komunikasi.
2.1.5.5 Deskripsi Konsep Seni di Masyarakat
Pada dasarnya karya seni (bentuk) dikreasioleh pelaku seni
dengan modus imitasi ataupun ekspresi. Tujuannya untuk menghasilkan
karya seni, selanjutnya untuk dipersembahkan kepada pengamat. Bagi fihak
pengamat keberadaan karya seni berpotensi menimbulkan respon estetik
(tanggapan rasa indah)
Seni dapat dideskripsikan sebagai kegiatan pelaku seni untuk
mewujudkan pengalaman batinnya untuk bentuk kasat indra. Dengan harapan
agar dapat menimbulkan pengalaman baru bagi pengamatnya.
Hasil kreasi berbentuk karya seni yang indah. Dikreasi terutama
untuk dinikmati sendiri. Hasil kreasi berbentuk karya seni yang
menarik, dikreasi terutama untuk memberi hiburan (rasa senang) kepada
pengamatnya.Hasil kreasi berbentuk karya seni yang berfungsi terutama
menyampaikan pesan verbal (media komunikasi), antara pelaku dan
pengamat.
2.1.6 Wilayah seni murni dan seni terapan
2.1.6.1 Konsep wilayah seni
Kajian
konsep seni ini dimaksud untuk menjelaskan keapaan seni guna mengenali
karakteristiknya. Disamping mengenali konsepnya sendiri, juga beragam
wilayahnya. wilayah yang terbangun sebagai akibat kehendak pelaku seni
untuk memurnikan dan memanfaatkan hasil kreasinya, sehingga terbentuk
wilayah seni murni dan wilayah seni terapan. juga sebgai akibat
digunakannya bahan dasar (mentah) untuk media pewujud seni dalam proses
kreasi. Sehingga terbentuk wilayah seni – ruang dan seni – waktu.
Yang
dimaksud seni ruang adalah seni yang menggunakan media pewujud
rerupaan. Baik rupa yang berbentuk 2 dimensi, maupun 3 dimensi.
Sedangkan seni waktu adalah seni yang menggunakan media pewujud
bebunyian dan gegerakan. Cirinya adalah, untuk seni ruang tampilan karya
seni dalam pameran tidak terbatas waktu dan ruang, sementara seni waktu
tampilan karya seni dalam pagelaran tersebut terbatas waktu dan ruang.
2.1.6.2 Wilayah seni
Wilayah seni dapat dilihat dari 2 buah sisi, yaitu :
1. Dilihat ari sisi pelaku seni dalam hal pemanfaatan kegiatana seni.
Proses Kreasi
oleh Pelaku
|
Hasil Kreasi
Karya Seni
|
Pengamatan
Oleh pengamat
|
Imitasi
Modus
Ekspresi
|
Bentuk Indah
Bentuk hiburan
Bentuk media komunikasi
|
Respon Estetik
|
a. Kegiatan imitasi / ekspresi yang menghasilkan bentuk yang indah, untuk kenikmatan diri sendiri, juga pengamat jika mau
b. Kegiatan imitasi / ekspresi yang menghasilkan bentuk – bentuk yang memberikan hiburan, ditunjukkan semata – mata kepada pengamat
c. Kegiatan imitasi / ekspresi yang menghasilkan bentuk yang dapat menyampaikan pesan semata – mata kepada pengamat.
Dapat
dilihat disini bahwa pada ragam (a) termasuk kepada seni murni / seni
mayor / seni otentik. Sedangkan pada ragam (b) dan (c) termasuk wilayah
dari seni terapan / minor/ seni fungsional.
Menurut jenisnya seni disini terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Seni Rupa Murni (fine art)
Yaitu
seni yang semata – mata hanya terikat pada kepentingan
estetis, misalnya seni lukis, seni patung.
Seni
murni dapat dinikmati langsung oleh manusia baik bagi media ekspresi
maupun sebagai sarana apresiasi. Jadi dalam hal ini penikmatan
seni murni lebih erat hubungannya dengan penumbuhan kebutuhan
emosi (perasaan)
Contoh dari seni rupa murni ini diantaranya adalah :
Seni lukis
Dalam
penertian modern seni lukis adalah ungkapan rasa estetis dengan
menggunakan unsur – unsur garis, bidang, ruang, bentuk, warna serta
cahaya, dalm kesatuann yang harmonis pada bidang dua dimensi atau dua
matra.
Bidang
dua dimensi hanya dibatasi panjang dan lebar. Jika mengungkapkan ruang
dengan pertolongan perspektif garis atau gelap terang warna. sedang
cahaya merupakan hal yang penting juga. Karena menggunakan bidang datar
saja, maka seni lukis hanya dapat dinikmati dari satu arah pandang saja
dari depan atau frontal.
Seni Patung
Patung
merupakan cabang dari seni rupa yang proses penciptaannya diwujudkan
dalam bentuk 3 dimensi, sehingga dapat dilihat dari berbagai arah.
Keberadaan
seni patung dimulai sejak zaman pra sejarah dan merupakan seni yang
tertua. Kehadirannya dimulai dengan kebutuhan manusia untuk
memvisualisasi roh nenek moyang sebagai tanda pemujaan patung – patung
nenek moyang dan totem – totem.
Seni ukir (pahat)
2. Seni Rupa Terapan (appllied art)
Seni
ini disebut juga sebagai seni guna (usefulart) yaitu seni yang
diciptakan selain terikat kepentingan estetis juga terikat dengan
kepentingan utamanya yakni manfaat dan kegunaan. Contoh seni ini
misalnya seni kerajinan, seni dekorasi dan seni busana. Penikmatan seni
ini tidak hanya langsung pada nilai estetisnya, tetapi lebih ditekannkan
pada kegunaan dan manfaat nya. Jadi seni ini pada umumnya lebih dekat
pada pemuasan kebutuhan fisik / jasmani.
Seni arsitektur (bangunan)
Disebut
juga seni arsitektur, merupakan salah satu karya rupa tiga dimensi yang
pembuatannya dilakukan dengan penuh pertimbangan – pertimbangan secara
konstruktif dengan menggunakan bahan kayu, batu maupun logam.
Seni reklame
Kata
reklame berasal dari kata Re dan Clamo, Re berarti berulang – ulang
atau kembali dan calamo artinya seruan atau berita. Jadi reklame artinya
seruan atau berita yang berulang – ulang.
Sesuai
dengan arti katanya maka seni reklame digunakan untuk menerukan atau
untuk menganjurkan menawarkan barang atau produk kepada masyarakat.
Pengertian secara umum reklame adalah alat (media) komunikasi antara
produsen dan konsumen untuk memperkenalkan barang produksinya.
Penawarannya
dibuat menarik hingga membangkitkan animo masyarakat untuk membeli.
Dalam perwujudannya reklame terdiri dari reklame visual (reklame
pengelihatan), reklame audio (reklame pendenganran) dan reklame audio
visual ( reklame pendengaran dan pengelihatan )
Seni karikatur
Karikatur
merupakan gambar yang dibuat dengan coretan – coretan yang menitik
beratkan pada karakter objeknya. Gambarnya bersifat ejekan , sindiran,
dan kritikan yang dibuat lucu – lucu. pembuatan gambarannya bersifat
isidental. Yaitu tatkala suatu peristiwa atau kejadian itu berlangsung.
umumnya kejadian – kejadian yang digambarkan adalah kejadian – kejadian
yang dilakukan oleh orang – orang tgernama atau tokoh seperti dalam
dunia politik, olahraga, kesenian dan sebagainya.
§
2. Dilihat dari sisi media pewujud yang digunakan oleh pelaku seni
a. Bahan yang terikat oleh waktu dan ruang
Contohnya
disini adalah Seni musik dan seni tari. Seni ini lazimnya disebut
sebagai seni waktu.
b. Bahan yang tidak terikat oleh waktu dan ruang
Contohnya
disini adalah seni rupa 2D dan seni rupa 3D. Biasanya seni ini
disebut sebagai seni ruang.
Pendidikan diIndonesia merupakan hala yang sangat penting bagi generasi penerus bangsa. Seorag pendidik memiliki konsep pendidikan masing -masing untuk membentuk karekter anak. Pendidikan melalui seni cotohnya mengajarkan ke peserta didik dengan cara yang estetik. memperlihtkan keindahan ilmu yang diajarkan sehingga peserta didik mampu memahami materi dengan baik dan dengan cara yang menyenangkan. Selain itu pendidikan seni itu sendiri dapat mempengaruhi jiwa estetika pesrta didik. Dimna disini kreatifitas seorang peserta diri tanpa disadari akan terlatih hanya dengan melihat sesuatu yang indah ketika pendidik mengajar.
BalasHapus