Senin, 23 Juli 2012

A.  KONSEP SENI
1.    Pengertian Seni
Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata “sani” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Mungkin saya memaknainya dengan keberangkatan orang/ seniaman saat akan membuat karya seni, namun menurut kajian ilimu di eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Namun kita tidaka usah mempersoalkan makna ini, karena kenyataannya kalu kita memperdebatkan makna yang seperti ini akan semakain memperkeruh suasana kesenian, biarlah orang memilih yang mana terserah mereka.
Seni adalah proses yang sengaja mengatur unsur-unsur dalam suatu cara yang menarik indra atau emosi. Ini mencakup berbagai macam kegiatan manusia, ciptaan, dan cara berekspresi, termasuk musik, sastra, film, patung, dan lukisan. Makna seni ini dibahas dalam cabang filsafat yang dikenal sebagai estetika.
2.    Sifat Seni Secara Umum
Seni memiliki sifat dasar kreatif, individual, perasaan, abadi, dan universal. Pengertian kreatif adalah kemampuan seseorang untuk mengubah sesuatu yang ada menjadi baru dan orisinil. Contoh: Batu yang diubah menjadi patung, tanah liat dapat menjadi keramik, suara diubah menjadi musik, gerakan menjadi sebuah tarian, dll. Sifat individual adalah bahwa suatu karya seni memiliki ciri perseorangan dari penciptanya. Lagu-lagu yang diciptakan Ebit G. Ade, sangat berbeda dengan lagu-lagu Rhoma Irama, Titik Puspa, atau pun yang lainnya. Atau lukisan Afandi sangat berbeda dengan lukisan-lukisan Basuki Abdullah, Raden Saleh, Popo Iskandar, Piccaso, Van Googh, maupum pelukis lainnya. Ciri khas pribadi inilah yang merupakan identitas dari karya mereka.
Seni memiliki sifat perasaan, pengertiannya dalam membuat karya seni selalu melibatkan emosi dan jiwa. Oleh sebab itu, untuk dapat menikmati sebuah karya harus menggunakan kepekaan perasaan yang paling dalam. Sebuah lagu yang diciptakan melalui perasaan seorang seniman, kemudian dibawakan seorang penyanyi yang menjiwai isi lagu itu. Tampil dalam suara dan penampilan yang seirama, maka para pendengar lagu itu akan tergugah hatinya. Semua itu jika ada kesungguhan dalam menggunakan indera rasa seperti yang dilakukan pencipta dan penyanyinya.Seni memiliki sifat abadi atau keabadian. Sesungguhnya semua pembuatan manusia memiliki sifat demikian, yaitu perbuatan baik atau tercela yang sudah dilakukan tidak dapat dibatalkan. Seseorang yang telah berjasa kepada kita, sosoknya akan selalu melekat sampai akhir hayat, walau pun mungkin bendanya sudah hilang ditelan masa. Jika membuat karya seni memiliki tujuan estetik atau keindahan, hendaknya orang yang menikmatinya turut berlatih juga untuk berbuat sesuatu yang indah dan terpuji. Maka layaklah seorang seniman mendapat penghargaan ketika ada anak yang berbuat sesuatu kebaikan jika terpengaruh (menangkap amanat) cerita film, novel, syair lagu, dll. Tetapi sebaliknya, siapa yang bersalah jika kelakuan tidak baik diakibatkan oleh pengaruh cerita film atau buku-buku yang tidak mendidik? Seni bersifat universal, artinya seni tidak mengenal batasan waktu, bangsa, bahasa, dll. Sebagai contoh, semua orang yang berlainan bahasa akan tertawa terbahak-bahak ketika melihat tingkah laku badut sirkus yang sangat lucu. Atau seorang yang melihat gambar karikatur akan tersenyum tanpa mengetahui siapa pembuatnya.

B.     KONSEP SENI RUPA
1.      Pengetian Seni Rupa
Seni rupa adalah salah satu cabang kesenian,seni rupa merupakan ungkapan gagasan dan perasaan manusia yang diwujudkan melalui pengolahan median dan penataan elemen serta prinsip-prinsip desain.
Seni rupa merupakan realisasi imajinasi yang tanpa batas dan tidak ada batasan dalam berkarya seni. Sehingga dalam berkarya seni tidak akan kehabisan ide dan imajinasi. Dalam seni rupa murni, karya yang tercipta merupakan bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Sehingga objek yang dibuat merupakan hasil dari satu atau lebih dari media yang ada (sebagai catatan bahwa media atau bahan seni di dunia juga tidak terbatas).
Dalam berkarya seni, tidak pernah ada kata salah dan juga tidak ada yang mengatakan salah pada karya yang telah diciptakan. Namun demikian, di dalam proses berkarya seni, karena dalam hal ini adalah proses belajar, maka harus dilakukan dengan cara yang benar, sesuai dengan tujuan dari pembelajaran. Untuk anak usia dini (0 – 8 tahun), ketika belajar tentang seni rupa tidak hanya bertujuan untuk berproses berkarya seni saja, karena selain itu juga diharapkan dapat memberikan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional serta kemandirian pada anak. Jadi dengan bimbingan yang tepat, seorang anak akan dapat melatih potensi-potensi yang bermanfaat.
Seni rupa atau seni yang tampak adalah salah satu bentuk kesenian visual atau tampak ada yang tidak hanya bisa diserap oleh indera penglihatan, tetapi juga bisa oleh indera peraba, maksudnya adalah teksturnya dapat dirasakan, misalnya kasar, halus, lunak, keras, lembut, dsb. Namun tidak menutup kemungkinan tekstur ini adalah tekstur maya (ada namun tidak nyata) atau tekstur ini seolah-olah ada yang dikarenakan mata kita dikelabuhi oleh sesuatu yang tampak, misalnya sebuah foto kayu : disitu seolah-olah kita melihat adanya tekstur namun kenyataannya tekstur itu tidak ada jika kita merabanya
2.      Fungsi Seni Rupa
Seni rupa dapat berfungsi sebagai :
              a.          media ekspresi
             b.          media komunikasi
              c.          media pengembangan bakat
             d.          media pendidikan
3.      Aspek seni rupa
a. Aspek grahita
b. Aspek Garapan
c. Aspek Tata
4.      Jenis Karya Seni Rupa
a.       Karya rupa murni yakni karya seni rupa yang sengaja diciptakan sebagai sarana ekspresi komunikasi,rekreasi dan terapi.Karya seni rupa murni ini dapat berupa dwimarta ataupun trimatra.
b.      Karya seni rupa terapan yang sengaja dicipta untuk tujuan fungsional.Karya seni rupa ini pun mencakup 2 macam yakni dwimarta dan trimarta

C.    KONSEP PENDIDIKAN SENI
Pendidikan seni merupakan saran untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktivitas permainan. Melalui permainan, kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Melalui permainan dalam pendidikan seni anak memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kreativitasnya.
Beberapa aspek penting yang perlu mendapat perhatian dalam pendidikan seni antara lain kesungguhan, kepekaan, daya produksi, kesadaran berkelompok, dan daya cipta. Pendidikan seni adalah segala usaha untuk meningkatkan kemampuan kreatif ekspresif anak didik dalam mewujudkan kegiatan artistiknya berdasrkan aturan-aturan estetika tertentu. selain itu, pendidikan seni di SD bertujuan menciptakan cipta rasa keindahan dan kemampuan mengolah menghargai seni. Jadi melalui seni, kemampuan cipta, rasa dan karsa anak di olah dan dikembangkan.
Selain mengolah cipta, rasa dan karsa seperti yang diterapkan di atas, pendidikan seni merupakan mengolah berbagai ketrampilan berpikir. Hal tersebut meliputi ketrampilan kreatif, inovatif, dan kritis. Ketrampilan ini di olah melalui cara belajar induktif dan deduktif secara seimbang.
Dunia anak adalah dunia bermain. Salah satu fungsi seni adalah sebagai media bermain. Oleh sebab itu, aktivitas berolah seni dapat dikembangkan melalui bermain. Melalui bermain kemampuan mencipta atau berkarya, bercita rasa estetis dan berapresiasi seni diperoleh secara menyenangkan. Melalui kondisi yang menyenangkan seperti ini, anak akan mengulang setiap aktivitas belajarnya secara mandiri dan akan menjadi kebiasaan dan keinginan terhadap seni.

D.    KONSEP PENDIDIKAN SENI RUPA SD
Pendidikan Seni Rupa sesungguhnya merupakan istilah yang relatif baru digunakan dalam dunia persekolahan. Pada mulanya digunakan istilah menggambar. Penggunaan istilah pengajaran menggambar ini berlangsung cukup lama hingga kemudian diganti dengan istilah Pendidikan Seni rupa.Materi pelajaran yang diberikan tidak hanya menggambar tetapi juga beragam bidang seni rupa yang lain seperti mematung, mencetak, menempel dan juga apresiasi seni. Tujuan pengajaran menggambar di sekolah adalah untuk menjadikan anak pintar menggambar melalui latihan koordinasi mata dan tangan.
Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan, melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Pendidikan Seni Rupa adalah mengembangkan keterampilan menggambar, menanamkan kesadaran budaya lokal, mengembangkan kemampuan apreasiasi seni rupa, menyediakan kesempatan mengaktualisasikan diri, mengembangkan penguasaan disiplin ilmu Seni Rupa, dan mempromosikan gagasan multikultural.




E.     PERLUNYA PENDIDIKAN SENI RUPA DI SD
Menurut Sternberg ,kualitas emosional yang tampaknya penting, penting bagi keberhasilan kualitas ini adalah kemampuan mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan- keputusan secara mantap. Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan sesorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri, sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar. (Sternberg, Saloveri dalam Tolopan; 1997)
Menurut Pitcer (1982) mengatakan kemampuan membina hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain. Dengan seni rupa akan membantu anak-anak untuk mengerti orang lain dan memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul. Melalui belajar kelompok dituntut untuk bekerjasama, mengerti orang lain. Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya.
Menurut Goleman (1995) mengatakan bahwa idealnya seseorang dapat menguasai ketrampilan kognitif sekaligus ketrampilan sosial emosional.Melalui bukunya yang terkenal “Emotional Intelligences (EQ)”, memberikan gambaran spektrum kecerdasan, dengan demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli. Perkembangan Kognitif tidak dating dengan sendirinya. Untuk mendorong pertumbuhan, kurikulum yang disusun berdasarkan atas taraf perkembangan anak. Serta harus dapat memberikan pengalaman pendidikan yang spesifik yaitu melalui pendidikan senirupa di sekolah.

F.     JENIS KARYA SENI RUPA
Jenis karya seni rupa antara lain :
1.         Menggambar
Kegiatan menggambar di SD dapat diterapkan dalam berbagai cara dari mulai pembuatan shet,pengembangan shet,menjadikan karya karya lukis atau gambar ,menggambar dengan skema,memindahkan gambar denagan bantuan kisi-kisi,dan menggambar ekspresi dengan cara memberikan gambaran kepada siswa bagaimana seorang maestro menggarap karya mereka dari awal sampai akhir.
Kegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik anak dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru dan kesempatan yang diberikan anak akan termotivasi membuat gambar.
Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk bahasa.Ada 3 tahap perkembangan anak yang dapat dilihat berdasarkan hasil gambar dan cara anak menggambar:
Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu seperti benang kusut.Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali. Pada tahap ini anak mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis panjang, kemudian lingkaran-lingkaran.
Tahap ketiga, pada anak usia 3 ½ – 4 tahun, pergelangan tangan anak sudah lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresannyapun sudah lebihTujuan menggambar bagi anak:
1. Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri
2. Mengembangkan daya kreativitas
3. Mengembangkan kemampuan berbahasa
4. Mengembangkan citra diri anak

2.      Finger Painting (Lukisan Jari)
Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah satu kegiatan di area seni yaitu kegiatan melukis dengan jari tangan atau bisa dikenal dengan nama finger painting.
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
- Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-otot
kecil dan kematangan syaraf.
- Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna yang terang kita dapat mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan kondisi-kondisi emosi mereka.
- Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang sekunder dan tersier.
- Mengendalkan estetika keindahan warna.
- Melatih imajinasi dan kreatifitas anak.
Ada beberapa metode atau cara dalam kegiatan finger painting :
• Menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu)
• Menggunakan teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi)
3.      Melukis
Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya kesenangan tetapi juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman dengan anak-anak selagi mereka belajar melukis. Pelajaran melukis dapat diawali oleh anak yang berusia 4-6 tahun atau usia TK. Media yang digunakan untuk melukis pada anak usia dini biasanya cat air, cat minyak, finger painting, dan lain-lain.
Dalam pembelajaran melukis anak-anak biasanya belajar sambil bercakap-cakap dengan temannya. Percakapan pertama mereka kebanyakan adalah tentang warna-warna yang mereka peroleh. Sambil bereksperimen dengan mencampurkan warna-warna, anak-anak itu bermain, bermain elemen seni ini dengan cara yang santai. Hal ini menjaga agar kuas dan semangat mereka tetap bekerja. Ini akan membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang bersifat pribadi dalam lukisan.Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun, cirikhas kelompok umur mereka adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubu-ngan dengan hidup mereka sendiri. Anak-anak membuat lukisan tentang suasana hati, baik yang muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka disampaikan oleh warna. Mereka belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan dapat membantu mengungkapkanide-ide.
4.      Membentuk
Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah, membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni rupa adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Belanda “boetseren” atau bahasa Inggris “modeling”. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, malam lilin, playdog dan sejenisnya. Tetapi dalam pengembangannya, selama tidak mengingkari maksud dari arti kata membentuk tadi, dapat dipergunakan bahan-bahan lain seperti kertas, karton atau bahan-bahan lembaran yang sekiranya dapat dibentuk.
Bahan yang tidak pernah cukup bagi mereka adalah tanah liat. Mereka tidak bosan dengan bahan yang lengket, basah dan bisa dibentuk sesuai keinginan mereka. Anak-anak akan menghabiskan hari mereka dengan tanah liat. Mereka suka menyentuh tanah liat, untuk merasakan sensualitasnya.
Teknik membentuk sangat beraneka ragam,diantaranya :
a.       Disambungkan Membutsir
Membutsir adalah membuat karya tiga dimensi dari bahan yang lunak dengan cara diremas-remas dengan tangan pada saat tanah masih dalam keadaan lembek.Bahan yang biasa digunakan adalah tanah dan plastisin.Selain membutsir dengan tangan yang diremas-remaskan tetapi sering juga menggunakan alat yang disebut sudip.
b.      Memahat
Membentuk dengan jalan membuang bahan yang tidak dipergunakan dengan cara memahat.Setiap bahan ada peringkat pahat yang khusus .Media yang dapat dipakai antara lain kayu,batu es,dsb.Karya yang dibuat dari bahan yang disambung-sambung.
c.       Cor (Menuang)
Proses menuang menggunakan bahan cair yang dituangkan pada alat acuan yang berbentuk cetakan.Setelah menjadi keras dikeluarkan dari acuan/cetakan.Bahan cair ini dibuat dari semen,plastic ,karet dan gips.
d.      Merakit
Membuat karya dengan cara menyambung-nyambung beberapa bagian atau potongan bahan.Caranya disebut merakit,hasilnya disebut rakitan.Potongan bahan disambungkan dengan cara dilas,dipatri,disekrup atau dengan cara yang lain.
5.      Mencetak
Mencetak adalah proses memperbanyak suatu gambar atau naskah dengan menggunakan teknik tertentu diantaranya cetak datar,cetak tinggi,cetak dalam,cetak saring,cetak copy,dan cetak dengan pintu out.
Mencetak dapat dilakukan anak diberbagai usia, dimulai dari anak berusia 5 tahun. Kadang-kadang seorang anak kecil akan menemukan idenya sendiri. Entah bagaimana dengan cara apa seorang anak berusia 5 tahun dalam pembelajaran mencetak anak menemukan bahwa menepukkan spons yang sudah diberi warna di atas menghasilkan rangkaian pola yang berulang-ulang (perihal mencetak, merupakan suatu kemungkinan yang menakjubkan untuk mengulanginya).
Mencetak yang formal membuthkan pelat atau stempel. Stempel tersebut gambar-gambar yang diukir atau ditimbulkan, yang diberi tinta dan kemudian dipindahkan ke kertas. Stempel cetak yang paling sederhana terbuat dari Styrofoam. Selain murah juga tidak berbahaya bagi anak didik kita.
Untuk anak-anak usia 5 tahun dan 6 tahun, penting khususnya untuk menyuruh mereka mencetak dihari yang sama. Dengan cara ini mereka sungguh-sungguh memahami prosesnya. Semua anak menikmati mengeksplorasi efek-efek yang dihasilkan tekstur ini ketika pelatnya dicetak.
6.      Menjiplak
Sebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat menggunakannya untuk menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan keras untuk mendapatkan gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak cara.
Koin-koin biasanya adalah favorit mereka. Koin adalah bahan yang sederhana dan mudah sekali didapat. Mereka dapat dengan mudah membuat banyak jiplakan yang berbeda dari obyek-obyek yang ditemukan di sekolah. Ini merupakan cara yang bagus untuk membuat anak-anak peka pada dunia sekitar mereka.
7.      Kolase
Kolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah penyusunan berbagai macam bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak di kelasbiasanya memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain, bahan-bahan berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai bagian dari pengalaman mereka dapat membuat keputusan sendiri tentang penggunaan warna, ukuran dan bentuk.
Ada beberapa macam kolase yaitu:
·         Kolase dengan kertas dan kain
·         Kolase dengan tekstur
8.      3M (Menggunting,Menempel,Melipat)
Karya rupa 3M ini merupakan proses manipulasi lembaran kertas menjadi suatu bentuk tiga dimensi.Di Jepang teknik seperti ini disebut teknik origami.

G.    PERANAN SENI RUPA
Peranan Bagi Anak Usia Dini
Bermain bagi anak merupakan kegembiraan dan kesibukan yang penting. Dalam bertanya seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan anak nampak dan terlihat disebabkan oleh keaktifan atau kesempatan bergerak, bereksperimen, berlomba dan berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa senangnya anak-anak berkarya melalui seni rupa, mereka akan bergerak-gerak dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang diinginkan. Dalam kelompok mereka selalu berlomba untuk menyelesaikan karyanya sesuai dengan gagasannya. Apabila anak berhasil berkarya, dengan spontan ia akan berteriak dan bergerak, menandakan kegembiraannya. Anak berkarya sesuai dengan daya fantasinya dan apa yang dicapainya perlu mendapat pemahaman/pengertian orang lain. Bermain sangat berguna bagi perkembangan anak untuk persiapan dalam kehidupan masa dewasa. Permainan dimaksudkan antara lain : Permainan “membentuk”; melatih anak untuk berkarya. Permainan “fungsi”; melatih berbagai macam aktivitas fisik. Permainan “peranan”; berguna untuk menyiapkan anak mampu melakukan peranan dalam kehidupan di kemudian hari. Permainan “menerima”; berguna untuk memupuk kemampuan menerima kebudayaan.
Peranan Guru
Peranan guru di kelas adalah menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dan memahami karakteristik siswa sebagai anak didik di kelasnya. Dalam melaksanakan kegiatan kelas guru harus menjadi pengelola, perencana, penyuluh dan perancang program yang baik dan tuntas. Guru yang simpatik, imajinatif, kreatif dan luas pengetahuannya. Adalah prasarat mutlak bagi guru sekolah dasar.
Peranan Sekolah
Sekolah berperan sebagai tempat membina dan melatih diri melalui pengajaran dan pendidikan untuk mengatasi segala masalah di masyarakat kelak setelah anak menyelesaikan sekolah. Di sekolah anak-anak dihadapkan pada tuntutan untuk tetap bersikap teratur berdisiplin (diam/tenang), memperhatikan petunjuk-petunjuk guru, menguasai seluruh perangkat.

H.    METODE PEMBELAJARAN SENI RUPA DI SD
1.      Strategi Penataan
Strategi penataan berkaitan dengan rancangan menata urutan materi pembelajaran dari yang mudah ke yang sulit, dari konkrit ke abstrak.
2.      Strategi penyampaian
Strategi penyampaian berkaitan dengan media pembelajaran atau alat bantu pembelajaran untuk menyampaikan materi yang telah dikemas.
3.      Stategi pengelolaan
Strategi pengelolaan berkaitan dengan kegiatan pengelolaan kelas selama pembelajaran dilaksanakan.

I.       MODEL PEMBELAJARAN SENI RUPA
1.      Model Terkait
Model terkait adalah model pembelajaran terpadu yang paling sederhana karena menekankan pada hubungan secara eksplisit tentang konsep atau prinsip,atau pokok bahasan atau ketrampilan atau tugas,atau sikap dalam suatu bidang studi.Pada pembelajaran SR-KT terpadu keterkaitan dalam substansial material seni.Model terkait dalam SR-KT terpadu dapat dimodifikasikan berdasarkan jenis matra substansial seni.Urutan keterkaitan dan besr bobot materi masing-masing substansial materi yang terkait.
Keunggulan Model Terkait :
a.       Paling sederhana sehingga paling mudah di rancang dan dilaksanakan
Terjadi interalisasi karena adanya pengembangan konsep-konsep inti secara terus-menerus
b.      Memudahkan proses transfer gagasan-gagasan dalam pemecahan masalah.
Siswa lebih mudah dalam mendapatkan gambaran-gambaran mengenai suatu ketrampilan tertentu.
Kelemahan Model Terkait :
a.       Model terkait pada intinya adalah mengaitkan antara prinsip,konsep ketrampilan dan tugas atau sikap pada suatu bidang kajian tertentu.Hal ini menyebabkan SR-KT tetap terpisah dan keterpaduan tidak Nampak walaupun hubungan telah dirancang secara eksplisit dalam suatu disiplin mata kajian.
b.      Fokus pembelajaran masih bersifat sempit karena usaha-usaha untuk memadukan gagasan-gagasan dalam suatu bidang studi dapat membatasi usaha mengembangkan hubungan yang lebih menyeluruh dengan bidang studi lain.

2.      Model Terjala
Merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Model ini menekankan hubungan antara dua atau lebih mata pelajaran melalui tema. Pada pembelajaran senirupa terpadu, model terjala ini dapat memadukan secara intra bidang studi (seni music, tari) dan inter bidang studi (senirupa, music, tari, matematika, ips, ipa dll). Keunggulan:
a. Melalui pendekatan tematik, pembelajaran terpadu model ini memiliki kekuaatn komprehensif yang tinggi.
b. Membangun motivasi siswa melalui kegiatan pemilihan dan pengembangan tema
c. Meningkatkan kemampuan wawasan guru tentang suatu konsep secara komprehensif
Kelemahan :
a. Membutuhkan waktu yang lama dalam merancang pembelajaran
b. Ketrampilan seni rupa yang diperoleh siswa kurang optimal
c. Guru memerlukan kemampuan mengevaluasi proses dan produk pembelajaran agar perncanaan dan pelaksanaan pembalajaran dapat tercapai secara optimal
3. Model Terpadu
Model terpadu merupakan pembelahjaran terpadu yang menggunakan tema yang diangkat dari adanya tumpang tindih tentang konsep ketrampilan dan sikap dalam kurikulum yang berlaku dari berbagai mata pelajaran atau mata kajian. Keunggulan :
a. Mampu membangun motivasi siswa
b. Mampu mengembangkan aspek sikap pada dampak pengiring dalam pembelajaran
c. Menghemat waktu
d. Memiliki kekuatan komprehensif yang tinggi
Kelemahan :
a. Membutuhkan kurikulum yang mengacu pada keterpaduan serta kebijakan-kebijakan pendukung dalam system evaluasi pembelajaran
b. Membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran dalam merancang model pembelajaran terpadu
c. Model terpadu merupakan pembelajaran terpadu yang paling rumit.

J.      PENDEKATAN PEMBELAJARAN SENI RUPA
Pembelajaran Pendidikan Seni dilaksanakan baik dengan pendekatan terpisah dan terpadu. Pendekatan terpisah ialah melaksanakan pembelajaran setiap bidang seni, sesuai dengan ciri-ciri khusus dan kesatuan substansi masing-masing. Pendekatan terpadu ialah melaksanakan pembelajaran yang memadukan bidang-bidang seni dalam bentuk seni pertunjukan, seni multimedia, atau kolaborasi seni. Pembelajaran Pendidikan Seni secara terpadu meliputi pembelajaran apresiatif dan produktif.
Pembelajaran apresiatif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan apresiasi terhadap karya seni yang merupakan perpaduan antara dua atau lebih bidang seni, baik secara langsung maupun melalui media audio-visual, misalnya pertunjukan musik, tari, teater, atau film. Pembelajaran produktif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan berkarya dan penyajian seni yang melibatkan dua atau lebih bidang seni, misalnya dalam bentuk seni pertunjukan atau kolaborasi antar bidang seni.
Alternatif pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Seni sebagai berikut. Sekolah yang memiliki lebih dari satu guru bidang seni, masing-masing guru memberikan pembelajaran seni sesuai dengan bidangnya secara terpisah. Siswa memilih salah satu bidang seni sesuai dengan minatnya. Pembelajaan secara terpadu dilaksanakan dengan kerja sama antara guru-guru bidang seni yang bersangkutan. Sekolah yang hanya memiliki guru salah satu bidang seni, guru tersebut melaksanakan pembelajaran seni sesuai dengan bidangnya, tetapi sedapat mungkin juga melaksanakan pembelajaran seni secara terpadu, sesuai dengan kemampuannya.
Materi pokok yang bersifat teoritik tidak diberikan secara terpisah, tetapi secara integratif dengan materi kegiatan apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan penyajian seni. Pembelajaran yang bersifat praktek (berkarya) lebih berorientasi pada proses dari pada hasil, sehingga lebih menekankan usaha membentuk dan mengungkapkan gagasan kreatif dari pada kualitas komposisi yang dihasilkan.
Dalam pembelajaran Pendidikan Seni, pengembangan sikap memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan, dan pengetahuan. Untuk menunjang pembelajaran materi yang mengarah pada penguasaan keahlian profesional, termasuk menggambar dengan mistar (menggambar konstruksi), perlu ditunjang dengan program ekstrakurikuler, sesuai dengan bakat dan minat siswa.

K.    PERKEMBANGAN SENI RUPA ANAK SEKOLAH DASAR
1.      Perodisasi menurut Kerchensteiner (Muharam dan Sundaryati, 1991: 34) Upaya yang telah dilakukan Kerchensteiner adalah mengadakan penyelidikan pada anak anak dari masa bayi sampai empat belas tahun. Dari 100.000 buah gambar ia  menggolongkannya dalam beberapa periode, masa, yaitu:
Masa Mencoreng : 0  3 tahun 
Masa bagan : 3 - 7 tahun
Masa bentuk dan garis : 7 - 9 tahun
Masa bayang-bayang : 9 - 10 tahun
Masa persfektif : 10 - 14 tahun
2.      Periodisai menurut Cyrl Burt (Lowenfeld, 1975: 118-119) Membagi periodisasi gambar menjadi tuju tingkatan, yaitu:
Masa mencoreng : 2 - 3 tahun
Masa garis : 4 tahun
Masa simbolisme deskriptif : 5 - 6 tahun
Masa realisme deskriftif : 7 - 8 tahun
Masa realisme visual : 9 - 10 tahun
Masa represi : 10 – 14 tahun
Masa pemunculan artistic : masa adolesen
3.       Periodisasi masa perkembangan seni rupa anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain adalah: Penyelidikan yang dilakukan terhadap anak-anak usia 2 sampai 17 tahun menghasilkan periodisasi sebagai berikut:
Masa mencoreng (scribbling) : 2-4 tahun
Masa Prabagan (preschematic) : 4-7 tahun
Masa Bagan (schematic period) : 7-9 tahun
Masa Realisme Awal (Dawning Realism) : 9-12 tahun
Masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic) : 12-14 tahun
Masa Penentuan (Period of Decision) : 14-17 tahun.
Perkembangan Seni Rupa Anak Sekolah Dasar
Setiap guru SD perlu mengenal latar belakang anak didiknya, khususnya landasan teori tentang dunia kesenirupaan anak yang telah dikembangkan oleh para ahli, agar ia dapat memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Anak Sekolah Dasar (SD) berusia sekitar 6 - 12 tahun. Berdasarkan teori tahap-tahap perkembangan menggambar/seni rupa secara garis besar dapat dibedakan dua tahap karakteristik, yaitu kelas I sampai dengan kelas III ditandai dengan kuatnya daya fantasi-imajinasi, sedangkan kelas IV sampai dengan kelas VI ditandai dengan mulai berfungsinya kekuatan rasio. Perbedaan kedua karakteristik ini tampak pada gambar-gambar (karya dua dimensi) atau model, patung dan perwujudan karya tiga dimensi lainnya.
Ada dua cara untuk memahami perkembangan seni rupa anak-anak. Pertama, mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan perkembangan senirupa anak menurut para ahli. Kedua, mengamati dan mengkaji karya anak secara langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan karya anak berdasarkan rentang usia yang relevan dengan teori yang telah kita pelajari. Melalui kegiatan ini, diharapkan kita bisa memahami perkembangan seni rupa anak secara komprehensif.
Dalam psikologi perkembangan dinyatakan baha pada rentang kehidupan manusia khususnya anak ada yang disebut masa keemasan yang dikenal dengan masa peka. Hal ini dipertegas oleh Piere Duquet (1953: 41) bahwa: “A childre who does not draw is an anomaly, and particulary so in the years between 6 an 10, which is outstandingly the golden age of creative expression”. Pada masa peka atau keemasan ini anak harus diberi kesempatan agar potensi yang dimilikinya berfungsi secara maksimal. Masa peka tiap orang berbeda-beda. Secara umum, masa peka menggambar ada pada masa lima tahun, sedangkan masa peka perkembangan ingatan logis pada umur 12 dan 13 tahun (Muharam dan Sundaryati, 1991: 33).
Selanjutnya, untuk terciptanya kesempatan bagi siswa agar dapat melakukan ekspresi kreatif, maka guru perlu melakukan kegiatan berupa: 1) memberi perangsang (stimulasi) kepada siswa, 2) guru dapat mempertajam imajinasi dan memperkuat emosi siswa dengan menggunakan metode pertanyaan yang dikembangkan Sokrates.
Kemampuan siswa kelas rendah dalam membuat gambar tampak lebih spontan dan kreatif dibandingkan dengan siswa kelas tinggi. Hal ini terjadi karena semakin tinggi usia anak, maka kemampuan rasionya semakin berkembang sehingga dapat berpikir kritis. Kondisi ini akan mempengaruhi anak dalam hal spontanitas dan kreatifitas karya. Bila rasionya sudah berfungsi dengan baik, maka dalam membuat karya seni, misalnya menggambar, mereka selalu mempertimbangkan objek gambar secara rasional; bentuk yang baik, proporsi yang tepat, penggunaan warna yang cocok sesuai dengan benda yang dilihatnya.
 Sejalan dengan pendapat di atas, sebagai guru pendidikan seni rupa perlu memahami perkembangan artistik (artistic development) peserta didik.


1. Masa Coreng-Moreng (Scribbling Period)
 Kesenangan membuat goresan pada anak-anak usia dua tahun bahkan sebelum dua tahun sejalan dengan perkembangan motorik tangan dan jarinya yang masih menggunakan motorik kasar. Hal ini dapat kita temukan anak yang melubangi atau melukai kertas yang digoresnya. Goresan-goresan yang dibuat anak usia 2-3 tahun belum menggambarkan suatu bentuk objek. Pada awalnya, coretan hanya mengikuti perkembangan gerak motorik. Biasanya, tahap pertama hanya mampu menghasilkan goresan terbatas, dengan arah vertikal atau horizontal. Hal ini tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik anak yang masih mengunakan moRotik kasar. Kemudian, pada perekmbangan berikutnya penggambaran garis mulai beragam dengan arah yang bervariasi pula. Selain itu mereka juga sudah mampu mambuat garis melingkar. Periode ini terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu: 1) corengan tak beraturan, 2) corengan terkendali, dan 3) corengan bernama. Ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap corengan tak beraturan adalah bentuk gembar yang sembarang, mencoreng tanpa melihat ke kertas, belum dapat membuat corengan berupa lingkaran dan memiliki semangat yang tinggi Corengan terkendali ditandai dengan kemampuan anak menemukan kendali visualnya terhadap coretan yang dibuatnya. Hal ini tercipta dengan telah adanya kerjasama antara koordiani antara perkembangan visual dengan perkembamngan motorik. Hal ini terbukti dengan adanya pengulangan coretan garis baik yang horizontal , vertical, lengkung , bahkan lingkaran.
Corengan bernama merupakan tahap akhir masa coreng moreng. Biasanya terjadi menjelang usia 3-4 tahun, sejalan dengan perkembangan bahasanya anak mulai mengontrol goresannya bahkan telah memberinya nama, misalnya: “rumah”, “mobil”, “kuda”. Anak-anak memiliki jiwa bebas, ceria. Mereka sangat menyenangi warna-warna yang cerah misalnya dari crayon. Kesenangan menggunakan warna biasanya setelah ia bisa memberikan judul terhadap karya yang dibuatnya. Penggunaan warna pada masa ini lebih menekankan pada penguasaan teknik-mekanik penempatan warna berdasarkan kepraktisan penempatannya dibandingkan dengan kepentingan aspek emosi. Pada masa mencoreng, bila anak difasilitasi oleh orang tua maka akan memiliki peluang untuk melakukan kreasi dalam hal garis dan bentuk, mengembangkan koordinasi gerak, dan mulai menyadari ada hubungan gambar dengan lingkungannnya. Hal yang paling penting yang harus dilakukan oleh orang tua dan guru pada masa ini adalah dengan memberi perhatian terhadap karya yang sedang dibuat anak sehingga tercipta kemampuan komunikasi anak dengan orang deswasa secara melalui bahasa.
2.      Masa Pra Bagan (Pre Schematic Period)
Usia anak pada tahap ini bisanya berada pada jenjang pendidikan TK dan SD kelas awal. Kecenderungan umum pada tahap ini, objek yang digambarkan anak biasanya berupa gambar kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang menggambarkan kepala kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki. Ciri-ciri yang menarik lainnya pada tahap ini yaitu telah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia sekitarnya. Koordinasi tangan lebih berkembang. Aspek warna belum ada hubungan tertentu dengan objek, orang bisa saja berwarna biru, merah, coklat atau warna lain yang disenanginya.
3.      Masa Bagan (Schematic Period)
Konsep bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung mengulang bentuk. Gambar masih tetap berkesan datar dan berputar atau rebah (tampak pada penggambaran pohon di kiri kanan jalan yang dibuat tegak lurus dengan badan jalan, bagian kiri rebah ke kiri, bagian kanan rebah ke kanan). Pada perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis pijak (base line)
4.      Masa Realisme Awal (Early Realism)
Pada periode Realisme Awal, karya anak lebih menyerupai kenyataan. Kesadaran perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka menyatukan objek dalam lingkungan. Selain itu kesadaran untuk berkelompok dengan teman sebaya dialami pada masa ini. Perhatian kepada objek sudah mulai rinci. Namun demikian, dalam menggambarkan objek, proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya. Pemahaman warna sudah mulai disadari. Warna biru langit berbeda dengan biru air laut. Penguasan konsep ruang mulai dikenalnya sehingga letak objek tidak lagi bertumpu pada garis dasar, melainkan pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan garis horizon. Selain dikenalnya warna dan ruang, penguasaan unsur desain seperti keseimbangan dan irama mulai dikenal pada periode ini. Ada perbedaan kesenangan umum, misalnya: anak laki-laki lebih senang kepada menggambarkan kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau bunga.
5.      Masa Naturalisme Semu
Pada masa naturalisme semu, kemampuan berfikir abstrak serta kesadaran sosialnya makin berkembang. Perhatian kepada seni mulai kritis, bahkan terhadap karyanya sendiri. Pengamatan kepada objek lebih rinci. Tampak jelas perbedaan anak-anak bertipe haptic dengan tipe visual. Tipe visual memperlihatkan kesadaran rasa ruang, rasa jarak dan lingkungan, dengan fokus pada hal-hal yang menarik perhatiannya. Penguasaan rasa perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh objek lebih meningkat. Tipe haptic memperlihatkan tanggapan keruangan dan objek secara subjektif, lebih banyak menggunakan perasaannya. Gambar-gambar gaya kartun banyak digemari.
Ada sesuatu yang unik pada masa ini, di mana pada satu sisi anak ekspresi kreatifnya sedang muncul sementara kemampuan intelektualnya berkembang dengan sangat pesatnya. Sebagai akibatnya, rasio anak seakan-akan menjadi penghambat dalam proses berkarya. Apakah gambar ini seperti kucing? Sementara kemampuan menggambar kucing kurang misalnya.Sebagai akibatnya mereka malu kalau memperlihatkan karyanya kepada sesamanya.
6.      Periode Penentuan 
     Pada periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan diri. Perbedaan tipe individual makin tampak. Anak yang berbakat cenderung akan melanjutkan kegiatannya dengan rasa senang, tetapi yang merasa tidak berbakat akan meninggalkan kegiatan seni rupa, apalagi tanpa bimbingan. Dalam hal ini peranan guru banyak menentukan, terutama dalam meyakinkan bahwa keterlibatan manusia dengan seni akan berlangsung terus dalam kehidupan. Seni bukan urusan seniman saja, tetapi urusan semua orang dan siapa pun tak akan terhindar dari sentuhan

Pengertian Konsep Pendidikan Seni

     Pengertian Konsep Pendidikan Seni

          Konsep seni secara utuh mencakup: (a) Pengertian seni, (b) Sifat dasar seni, (c) Unsur-unsur karya seni, dan (d) Ragam seni.
Seni adalah kegiatan manusia dalam mengekspresikan pengalaman hidup dan kesadaran artistiknya yang melibatkan kemampuan intuisi, kepekaan indriawi dan rasa, kemampuan intelektual, kreativitas serta keterampilan teknik untuk menciptakan karya yang memiliki fungsi personal atau sosial dengan menggunakan berbagai media.
Pengertian Seni bersifat majemuk, dinamis, bergerak bebas, terbuka mencakup berbagai kecenderungan individual yang khas. Banyak faktor yang menentukan batasan atau makna seni, seperti: kurator, kritikus, pasar, kondisi kultural, dan lain-lain.
           Pada dasarnya semua cabang seni memiliki peran atau fungsi yang penting dalam kehidupan. Peran atau fungsi tersebut antara lain: fungsi individual dan fungsi sosial. Seni untuk anak-anak berbeda dengan seni untuk orang dewasa karena karakter fisik maupun mentalnya berbeda. Hal ini penting diperhatikan khususnya dalam melakukan penilaian karya anak didik, supaya hasil kreasi anak tidak diukur menurut selera dan kriteria keindahan orang dewasa.
Fungsi seni dalam pendidikan berbeda dengan fungsi seni dalam kerja profesional. Seni untuk pendidikan difungsikan sebagai media untuk memenuhi fungsi perkembangan anak, baik fisik maupun mental. Sedang seni dalam kerja profesional difungsikan untuk meningkatkan kemampuan bidang keahliannya secara profesional.

            Sifat dasar seni terdiri atas  :
1.                  Kreatif
2.                  Individualitas
3.                  Nilai ekspresi / perasaan
4.                  Keabadian
5.                  Semesta / universal

Karya seni diciptakan seniman tidak selalu untuk menyenangkan perasaan manusia. Karya seni dapat memberikan perasaan kaget, terkejut, terteror, namun tetap memberikan nilai-nilai lain yang dibutuhkan manusia, seperti perenungan, pemikiran, penyadaran, pencerahan, dan sebagainya (prosa, puisi, dan sebagainya).
Nilai-nilai yang terdapat pada suatu karya seni dapat dinikmati dan diapresiasi melalui unsur-unsur yang terdapat di dalamnya, yakni:
1.            Struktur visual
2.            Tema
3.            Medium
4.            Gaya / stayl
5.            Konsep pendidikan seni

              Dasar-dasar pemikiran dimasukkannya seni dalam Kurikulum Pendidikan Nasional                                    bertumpu pada pokok-pokok pikiran sebagai berikut  :
1.        Pelaksanaan Pendidikan Seni di sekolah-sekolah umum seyogianya menggunakan pendekatan multidisiplin, multidimensional dan multikultural.
2.        Pembentukan pribadi yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan kemampuan dasar anak didik melalui pendekatan belajar dengan seni, melalui seni dan tentang seni sesuai minat dan potensi anak.
3.        Pendidikan seni berperan mengembangkan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan kreativitas (CQ), kecerdasan spiritual (SQ) dan multi-intelegensi (MI).
            Tujuan Pembelajaran selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut  :
1.        Mengembangkan sensitivitas persepsi indriawi melalui berbagai pengalaman kreatif berkesenian.
2.        Menstimulus pertumbuhan ide-ide imajinatif dan kemampuan menemukan berbagai gagasan kreatif dalam memecahkan masalah artistik atau estetik melalui proses eksplorasi, kreasi, presentasi/penyajian dan apresiasi.
3.        Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan berkesenian dengan disiplin ilmu lain yang serumpun atau tak serumpun melalui berbagai pendekatan keterpaduan.
4.        Mengembangkan kemampuan apresiasi seni dalam konteks sejarah dan budaya sebagai sarana pembentukan sikap saling toleran dan demokratis dalam masyarakat yang pluralistik (majemuk).

                Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran seni secara optimal maka baik proses maupun hasil pembelajaran keduanya perlu mendapat perhatian yang sama.Dalam pelaksanaan pembelajaran seni di sekolah-sekolah, pengalaman belajar mencipta seni disebut sebagai pembelajaran berkarya. Sedang pengalaman memersepsi, melihat, dan menghayati serta memahami seni disebut sebagai pembelajaran apresiasi.

Pembelajaran berkarya seni mengandung dua aspek kompetensi, yaitu: keterampilan dan kreativitas. Pada anak - anak kompetensi keterampilan lebih difokuskan pada pengalaman eksplorasi untuk melatih kemampuan sensorik dan motorik, bukan menjadikan anak mahir atau ahli. Sedangkan kreativitas di sini meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang terlihat dari produk/hasil karya dan proses dalam bersibuk diri secara kreatif (Semiawan, Munandar, 1990: 10). Pembelajaran apresiasi disampaikan tidak hanya sebatas pengetahuan saja, namun melibatkan pengalaman mengamati, mengalami, menghayati, menikmati dan menghargai secara langsung aktivitas berolah seni.

2.1.2        Komponen sistem konsep penularan seni

Penyelenggaraan pendidikan seni di Lembaga pendidikan kejuruan seni beragam. Dilihat dari sisi sistem yang dikembangkan oleh masing – masing terdapat lima jenis llembaga penyelenggara pendidikan seni. Semuanya berkonsepsama, yaitu “Penularan seni”. karena itu semuanya berkomponen tujuan sama pula, yaitu mempersiapkan calon seniman, pekerja, profesional dibidang seni.

Dan inilah yang biasanya dipakai dalam sistem pengajaran di SMK yang sangat berbeda basisnya dengan sistem pengajaran di SMA yang menggunakan pemfungsian seni. Hal ini digunakan mengingat tujuan dari pengajaran seni di SMK sendiri adalah untuk mengoptimalkan kemampuan peserta didiknya untuk menjadikan mereka calon seniman, pekerja profesional, maupun profesional dibidang seni.

Sejarah pendidikan seni mencatat adanya 5 jenis lembaga pendidikan kejuruan seniman, dilihat dari segi sistemnya. Kelimanya adalah  :

1.            Bersistem pewarisan
Ini merupakan sistem penularan kemampuan berkesenian oleh orang tua yang memiliki seni ( seorang seniman ) kepada anak kandungnya. Jadi ini merupakan sistem pewarisan bakat dari orang tua kepada anaknya dari garis darah mereka.

2.            Bersistem Aprentisip
Ini merupakan sistem penularan kemampuan berkesenian dari seniman master ke aprentisnya. Bagaimana maksudnya, maksudnya dalah seorang amster / seniman disini mewariskan semua ilmunya kepada seorang aprentis, yaitu anak yang memiliki keinginan untuk mengembangkan kemampuannya dibidang berkesenian, minimal dia memiliki bakat dasar untuk mengenal seni. Maka ketika dia ingin mempelajari seni, seorang master tadi mewariskan semua yang dia miliki kepada ank tersebut. dan dalam hal ini berbeda dengan sistem pewarisan yang harus anak kandungnya, sistem aprentisip tidak harus anak kandung, yang penting anak didik itu memiliki keinginan untuk mengenal seni dan berbakat.

3.            Bersistem Akademik
Penularan ini dilakukan dengan cara penularan kemampuan berkesenian dari guru ahli berdasarkan teori pengetahuan seni kepada peserta didiknya. Ini biasanya yang berlaku disekolah – sekolah. Penularan ini lebih banyak terjadi mengingat bahwa pengajaran seni yang sering kali di anak tirikan, menyebabkan seni hanya menjadi pelajaran materi dikelas – kelas tanpa adanya kegiatan yang menunjang untuk pengembangan bakat terhadap anak – anak yang menginginkannya. guru hanya tinggal mengejar dan dari apa yang dia tahu, peserta didik akan mewarisi apa – apa yang telah diajarkan.

4.            Bersistem Sanggar
Penularan sitem ini dilakukan dengan carapenularan kemampuan, yaitu penularan pengalaman berkesenian antar seniman muda. Kenapa dikatakan seperti ini, hal ini karena sanggar merupakan tempat dimana dalam proses pembelajarannya tidak ada orang yang dianggap lebih dari mereka – mereka sendiri. Intinya tidak ada guru didalamnya. Disanggar siapa yang mengajar dan diajar adalah sama. secara merata mereka bisa menjadi guru, dan bisa juga menjadi murid. Mereka hanya tinggal menyampaikan pengalaman mereka jika yang lain merasa dia yang lebih tahu, lebih bisa, lebiah terampil dalam bidang itu. Dari situlah mereka saling menularkan.Namun sekarang sanggar – sanggar yang banyak bediri sudah tidak menggunakan sitem sanggar seperti halnya hakikat dari sistem sanggar diatas. Kebnyakan sanggar – sanggar seni yang ada saat ini memiliki guru dalam sitem penularannya. Mereka mencari peserta didik untuk diajari, bukan uyntuk saling bertukar pikiran. Sejenis dengan sistem akademik di sekolah, tetapi dalam lingkup yang tidak seformal sekolah karena sanggar memang tidak berbadan.

5.            Bersistem Otodidak
Ini merupakan sistem penularan kesenian dari sumber daya apapun yang dipandang kompeten oleh pembelajaran calon seniman. Sistem ini sama dengan sistem sanggar dimana tidak ada guru tetap dalam sistem pembelajarannya. Tetapi berbeda, karena orang ini belajar dari berbagai hal yang ia temui. Jika dia melihat ada orang yang bisa membantunya, naka dia akan belajar pada orang itu, demikian juga bila seandainya dia menemukan sebuah buku panduan yang bisa dia pelajari, maka dia akan belajar secara mandiri pada buku itu. Jadi penularan ini lebih besifat usaha pribadinya untuk membuat diri individu itu berkembang.

Ciri masing – masing system dapat dikenali dari komponen dari setiap system.

Macam – macam pendekatan untuk sistem – sistem ini sendiri ada 3 macam, yaitu  :

1.            Pendekatan Bengkel
                        Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan sistem memberikan contoh kepada peserta                      didik agar peserta didik menirunya ( harus diikuti )

2.            Pendekatan Laboratorium
                        Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan sistem memberikan teori – teori kepada                          peserta didik supaya nantinya peserta didik bisa mengaplikasikannya dalam                                                pembuatan karya – karya yang ingin dia buat

3.            Pendekatan studio
                        Yaitu pendekatan yang dilakukan secara progresif dan menekankan kepada proses                         pengekspresian diri dari peserta didik sendiri, dan pada  pendekatan ini peserta didik diharapkan mampu untuk berkarya secara individual.

   Pendekatan – pendekatan inilah yang akhirnya akan digunakan sebagai cara untuk memperkenalkan seni kepada peserta didik. Namun perlu digaris bawahai bahwa penggunaan metode – metode ini tergantung pada apa pengajarannya. Apakah SMA ataukan SMK. karna pada SMA yang memang menganut sistem pewarisan kemampuan tidak mungkin digunakn sistem pendekatan bengkel. Namun beda halnya dengan SMK, dimana mereka diajarkan untuk mengoptimalkan kemampuan, maka pendekatan bengkel tadi tentu sangat perlu dilakukan.

Karakteristik Komponen 5 System Pendidikan Seni yang Berkonsep Penularan Seni

Sistem Pendidikan
Komponen






Aprentisip






Pewarisan






Akademik






Sanggar






Otodidak
Tujuan Pembelajaran


Pengajar (Pembelajar)



Pelajar (Pebelajar)


Bahan Pembelajaran (sumber)


Metode pembelajaran / pendekatan



Tempat / Waktu Pembelajaran
Berkesenian/ terampil

Seniman Master


Aprentis


Ditentukan pembelajar

Mengcopy/ pendekatan bengkel

Ditentukan pembelajar
Berkesenian/ terampil

Seniman orang tua pembelajar

Anak pembelajar

Ditentukan pembelajar

Mengcopy/ pendekatan bengkel

Ditentukan pembelajar
Berkesenian/ terampil

Pembelajar Profesional


Pembelajar berbakat

Kurikulum


Meniru/ pendekatan laboratorium

Ditentukan lembaga
Berkesenian/ terampil

Anggota sanggar


Anggota sanggar

Kesepakatan


Bebas berekspresi/ progresif

Kesepakatan
Berkesenian/ terampil

Tanpa pengajar


Belajar berbakat

Aneka sumber

Bebas berekspresi/ progresif

Ditentuka
sendiri


2.1.3        Komponen sistem konsep pemfungsian seni
                        Yang dimaksud dengan pemfungsian seni adalah indentik dengan fungsi didik seni. Yaitu fungsi untuk menumbuhkembangkan potensi individu peserta didik lewat seni. Seperti yang dimaksud oleh R.l. Wickiser:
Wickiser menujuk sejumlah potensi, atau kemampuan dasar yang terkandung didalam setiap peserta didik, yang dapat dibantu tumbuh kembangnya lewat pengalaman seni. Potensi – potensi itu dikelompokkan menjadi 3 kategori potensi, yaitu :

1.      Potensi Kemampuan Dasar Umum (non seni)
Hal yang tergolong pada potensi ini antara lain adalah :
Perasaan, mental, sadar diri, imajinasi, pemurnian, berfikir dan bertindak. Pertumbuhan serta perkembangannya dapat dibantu lewat pengalaman seni.

2.      Potensi Kemampuan Dasar Rasa Estetik
Hal yang tergolong pada potensi ini meliputi :
Penginderaan, kreasi ( ekspresi dan imitasi ) dan apresiasi. Pengalaman seni bermanfaat untuk memelihara pertumbuhan implus estetik sebagai sumber dari potensi – potensi tersebut.

3.      Hidup Kreatif
Pengalaman seni membantu mempersiapkan hari depan peserta didik agar mampu hidup secara kreatif. antara lain hidup kreatif, sadar rasa sosial. Efisiensi ekonomis dan bagi yang berpembawaan seni, dapat dibantu tumbuh kembangnya.

Perkembangan Pendidikan Seni ( Pemfungsian Seni)
                        Pendidikan seni dalam pengertian (konsep) pemfungsian seni, secara formal baru tumbuh setelah konsep penularan telah mengalami perkembangan yang signifikan.
Dalam perkembangannya, pemfungsiannya seni mengalami 3 periode, yaitu  :

1.      Periode perintisan
Periode ini ditandai dengan wacana para pakar tentang perlunya pendidikan seni bagi peserta didik..

2.      Periode pertumbuhan
Periode ini ditandai dengan dicantumkannya pendidikan seni sebagai mata pelajarann

3.      Periode perkembangan
Periode ini ditandai dengan adanya muatan kajian pendidikan dengan pendidikan perasaan dan jati diri bangsa.

2.2.3.1 Perkembangan Pendidikan Seni di Dunia
1)      Periode Perintisan (abad XVII)
John Lock: menggambar merupakan sarana yang baik (efektif) untuk                                                                      mewujudkan tanggappan
A.H. Franke: menggambar merupakan kesempatan untuk latihan sekaligus istirahat
J.J Rousseu: menggambar merupakan sarana yang baik untuk mempertajam                                                              pengelihatan dan melembutkan tangan

2)      Periode Pertumbuhan (abad XIX)
J.H. Pestalozzi: menggambar merupakan sarana untuk mengembangkan pengematan,                                        sementara pengamatan sendiri merupakan sarana yang mutlak untuk                                          mempelajari ilmu pengetahuan

3)      Periode Perkembangan (abad XIX)
Periode Reformasi: menggambar sebagai bagiian dari seni. Berfungsi untuk                                                                         mengembangkan individu peserta didik.
G. Hirth (Jerman) dan E. Cook (Inggris): menggambar figurative berubah menjadi                                                             nonfigurative
S. Rose ( Belanda): mengembangkan rasa estetika dan seni rakyat lewat menggambar

2.2.3.2 Perkembangan Pendidikan Seni di Indonesia
      Perkemangan pendidikan seni di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan di Belanda dan Amerika, karena keduanya sangat mempengaruhi perkembanngan pendidikan seni di Indonesia. Mari kita analisis data tentang perkembangan pendidikan seni dikedua negara ini.

1.      Perkembangan Pendidikan Seni di Belanda
Periode perintisan : menggambar merupakan bahasa visual dan bermanfaat sebagai                                                             media komunikasi
Periode pertumbuhan: menggambar merupakan mata pelajaran keterampilan                                                                             (tuntutan pasar)
Periode perkembangan: Secara umum menggambar sebagai fungsi pembentukan :
      1. Reformasi I            : Dibawah pengaruh J.D. Ros, menggambar sebagai ekspresi perasaan                                                    
      2. Reformasi II           : Sebagai pelaksanaan Kongres Internasional ke 8, ekspresi sesui dengan minat serta kebutuhan                                                                   

2.      Perkembangan Pendidikan Seni di Amerika

Periode perintisan
F. Frabel   : unsur warna amat penting dalam menggambar
B. franklin : niat fungsi seni lebih penting dari pada tradisi budaya

Periode pertumbuhan
Pendidikan keterampilan  : menggambar dan apresiasi, seni industri, kesejahteraan                                                                          keluarga. Pakar didatangkan dari Eropa (Inggris) W.                                                                             Smith

Periode perkembangan
pendidkan progresif (kebebasan) 1920
Pandangan Deway sebagai landasan   : ekspresi pribadi, ekspresi pribadi menunjuk ke                                                                             kegiatan perorangan dan sosial bangsa dan negara.
Masa resensi dunia, Amerika mengalami ekonomi merosot, pendidikan seni turut          memecahkan
Masa imigrasi Jerman, pendidikan seni memanfaatkan Bauhaus menjadi desain
Masa perang dunia, pendidikan bermuatan politik, menggambar poster menang perang
Masa pasca perang, kebebasan berekspresi. Disamping kembali ke progresif, juga sebagai penyembuhan jiwa setelah perang
Masa perang dingin, pengembangan kreatifitas dalam pendidikan seni
Seni sebagai sosok pengetahuan,
      Tahun 1950 : seni sebagai sarana pendidikan dan sosok pengetahuan
      Tahun 1960 : seni sebagai bagian dari kehidupan sosial

Perkembangan Pendidikan seni di Indonesia

Periode perintisan
sebagai negara jajahan sekaigus terbelakang tidak mengalami periode perintisan

Periode pertumbuhan
sebelum merdeka : mencontoh pada Belanda 1930an, menggunakan mata pelajaran menggambar
sesudah merdeka : 1945-1960 : mengkiblad ke kurikulum dan buku – buku dari Belanda
                             1960-1975 : sesuai dengan buku – buku dari Belanda dan Amerika
                             1075-1884 : sesuai dengan buku – buku seri Amerika dan pola pembaharuan pendidikan Indonesia                
                                                                                                 
Periode perkembangan           
1994-2002: perkembangan bias, konsep dan arah pendidikan seni tidak jelas. Program pendidikan ke modern, muatan pendidikan kembali ke penjajahan.                                              
2004-kin: perkembangan pencerahan, Konsep dan arah pendidikan seni menunjuk ke pemfungsian seni dengan muatan yang berjati diri (budaya lokal).                                                 

Dari data perkembangan seni yang ada diatas dapat dilihat bagai man sejarah dan perkembangan seni yang ada di negara Indonesia, apa – apa saja yang mempengaruhinya, sampai pada pemfungsian seni yang ada di Indonesia.
                       
2.1.4        Beda komponen sistem akademik SMA dan SMK
      Sebagai salah satu mata pelajaran, Pendidikan Seni di Lembaga Pendidikan Umum berkonsep Pemfungsian Seni, bersistem Akademik dan bertujuan malaksanakan Pembenaran Esensial beserta Pembenaran Kontextualnya, meliputi :
1.      Jenjang pendidikan dasar (SD)
2.      Jenjang pendidikan dasar lanjutan (SMP)
3.      Jenjang pendidikan menengah atas (SMA)

Perbandingan Karakteristiik Komponen Sistem Akademik dari 2 Jenis Pendidikan Seni yang Berkonsep Pemfungsian Seni dan Penularan Seni

Sistem akademik
Komposisi sistem
Konsep pemfungsian
(Bidang Kajian Pendidikan Seni : SD/SMP/SMA  )
Konsep Penularan
(Bidang Kajian Seni : di SMK Bagian Seni  )
Tujuan Pembelajaran



Pembelajar

Pebelajar


Bahan Pelajaran (sumber)

Metode / Pendekatan Pembelajaran


Tempat dan Waktu Belajar
Membantu tumbuh kembang aneka potensi setiap individu pembelajar


Guru Profesional

Siswa pada usia sekolah tanpa prasyarat potensi seni

Kurikulum pendidikan umum

Pendekatan Laboratorium dan Progresif

Dijadwal (terikat)
Membantu tumbuh kembang potensi seni individu pembelajar pada umumnya

Guru Profesional

Siswa pada usia sekolah, dengan prasyarat potensi seni

Kurikulum pendidikan kejuruan
Pendekatan bengkel dan Laboratorium


Dijadwal (terikat)


2.1.5        Komponen sistem konsep seni masyarakat
2.1.5.1  Pengertian Seni yang Hakiki
      Pendidikan seni adalah hasil dari hubungan kausal yang dirancang antara Konsep Pendidikan dan Konsep seni. bagi Indonesia, konsep pendidikan telah ditetapkan oleh Undang – Undang Sistem pendidikan Nasional, sedangkan konsep seni dapat ditelusuri dari masyarakat. Bukan dicari dari sumber ilmu pengetahuan seni, sebab kajian yang sesuai untuk diperankan sebagai muatan pengalaman seni, adalah konsep seni yang diakrabi oleh masyarakat, termasuk peserta didik.

2.1.5.2  Konsep Pendidikan
       Rumusan lama yang pasif sifatnya, pendidikan dikonsepsikan sebagai usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi individu peserta didik. Sedang rumusan baru yang aktif sifatnya, pendidikan dikonsepsikan sebagai usaha sadar untuk mewujudkan proses belajar guna menumbuhkembangkan potensi diri peserta didik.
        Untuk melaksanakan upaya sadar tersebu t, baik yang pasif maupun yang aktif, diperlukan tersedianya bahan untuk belajar. Salah atunya adlah kajian pendidikan seni untuk sekolah umum ( konsep pemfungsian seni ), dan kajian seni untuk sekolah kejuruan seni ( konsep penularan seni ). baik kajian pendidikan seni maupun kajian seni, sama muatannya, yaitu seni. Masing – masing seni konsep domein pengetahuan, dan seni konsep masyarakat.

2.1.5.3  Konsep Seni sebagai Kajian Estetika
        Seni merupakan bagian dari estetika (pengetahuan tentang keindahan). Estetika sendiri dapat dibedakan menjadi est. filsafat, est. ilmiah, est. pengalaman
        Sebgai bagian dari est. filosofi dan ilmiah, seni mengandung pengertian hakiki sebagai imitasi. Sedangkan sebagai sebagian dari est. pengalaman, seni mengandung pengertian hakiki sebagai ekspresi perasaan.

2.1.5.4  Konsep Seni Masyarakat
        Seni sebagi bagian dari budaya, mengandung konsep awam. Karena itu selanjutnya disebut konsep masyarakat. Dengan cara pandangnya sendiri setiap komunitas ataupun warga masyarakat merasa berhak untuk menentukan konsep seni yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupannya.
        Berbeda dengan konsep pengetahuan seni, keberadaan konsep masyarakat tidak tunggal, tetapi beragam, antara lain (yang populer), seni diidentikkan dengan bentuk yang indah, dengan bentuk yang memberikan hiburan, dengan bentuk berperan sebagai komunikasi idea, dengan bentukhasil imitasi dan bentuk hasil ekspresi.
         Dalam penerapannya konsep – konsep tersebut terpisah satu sama lain ataupun secara bersama beberapa diantaranya. Misalnya bentuk yang indah dan memberikan hiburan dalam seni yang memadai. Bentuk yang indah, memberikan hiburan dan menyampaikan pesan yang dimengerti pengamat adalah karya seni yang memadai
         Indah, hiburan dan komunikasi idea yang dipandang konsep itu. sebenatnya merupakan atribut bentun karya seni. sedangkan imitasi ddan ekspresi yang dioandanng sebagai identitas seni, adalah konsep seni. Dengan demikian konsep seni masyarakat menjadi ganda imitasi dan ekspresi.
          Imitasi dan ekspresi yang dipandang sebagai identitas seni atau konsep seni itu pada dasarnya adalah modus dari prosses kreasi. Dengan menggunakan modus tersebut serta dengan memanfaatkan karakter bahan mentah yang digunakan oleh pelaku seni (rupa/bunyi/gerak)akan dihasilkan fariasi karya seni, masing – masing berupa bentuk karya seni dengan atributnya,yaitu keindahan, hiburan dan media komunikasi.

2.1.5.5  Deskripsi Konsep Seni di Masyarakat
           Pada dasarnya karya seni (bentuk) dikreasioleh pelaku seni dengan modus imitasi ataupun ekspresi. Tujuannya untuk menghasilkan karya seni, selanjutnya untuk dipersembahkan kepada pengamat. Bagi fihak pengamat keberadaan karya seni berpotensi menimbulkan respon estetik (tanggapan rasa indah)
          Seni dapat dideskripsikan sebagai kegiatan pelaku seni untuk mewujudkan pengalaman batinnya untuk bentuk kasat indra. Dengan harapan agar dapat menimbulkan pengalaman baru bagi pengamatnya.
          Hasil kreasi berbentuk karya seni yang indah. Dikreasi terutama untuk dinikmati sendiri. Hasil kreasi berbentuk karya seni yang menarik, dikreasi terutama untuk memberi hiburan (rasa senang) kepada pengamatnya.Hasil kreasi berbentuk karya seni yang berfungsi terutama menyampaikan pesan verbal (media komunikasi), antara pelaku dan pengamat.

2.1.6        Wilayah seni murni dan seni terapan

2.1.6.1  Konsep wilayah seni
        Kajian konsep seni ini dimaksud untuk menjelaskan keapaan seni guna mengenali karakteristiknya. Disamping mengenali konsepnya sendiri, juga beragam wilayahnya. wilayah yang terbangun sebagai akibat kehendak pelaku seni untuk memurnikan dan memanfaatkan hasil kreasinya, sehingga terbentuk wilayah seni murni dan wilayah seni terapan. juga sebgai akibat digunakannya bahan dasar (mentah) untuk media pewujud seni dalam proses kreasi. Sehingga terbentuk wilayah seni – ruang dan seni – waktu.
         Yang dimaksud seni ruang adalah seni yang menggunakan media pewujud rerupaan. Baik rupa yang berbentuk 2 dimensi, maupun 3 dimensi. Sedangkan seni waktu adalah seni yang menggunakan media pewujud bebunyian dan gegerakan. Cirinya adalah, untuk seni ruang tampilan karya seni dalam pameran tidak terbatas waktu dan ruang, sementara seni waktu tampilan karya seni dalam pagelaran tersebut terbatas waktu dan ruang.

2.1.6.2  Wilayah seni
                        Wilayah seni dapat dilihat dari 2 buah sisi, yaitu :
1.      Dilihat ari sisi pelaku seni dalam hal pemanfaatan kegiatana seni.

Proses Kreasi
oleh Pelaku
Hasil Kreasi
Karya Seni
Pengamatan
Oleh pengamat
 Imitasi   

Modus

Ekspresi
Bentuk Indah

Bentuk hiburan


Bentuk media komunikasi


Respon Estetik
 

a.               Kegiatan imitasi / ekspresi yang menghasilkan bentuk yang indah, untuk       kenikmatan diri sendiri, juga pengamat jika mau
b.              Kegiatan imitasi / ekspresi yang menghasilkan bentuk – bentuk yang memberikan hiburan, ditunjukkan semata – mata kepada pengamat
c.               Kegiatan imitasi / ekspresi yang menghasilkan bentuk yang dapat menyampaikan pesan semata – mata kepada pengamat.

Dapat dilihat disini  bahwa pada ragam (a) termasuk kepada seni murni / seni mayor / seni otentik. Sedangkan pada ragam (b) dan (c) termasuk wilayah dari seni terapan / minor/ seni fungsional.

          Menurut jenisnya seni disini terbagi menjadi 2 macam, yaitu  :

1.              Seni Rupa Murni (fine art)
          Yaitu seni yang semata – mata hanya terikat pada kepentingan estetis, misalnya seni lukis, seni patung.                         
           Seni murni dapat dinikmati langsung oleh manusia baik bagi media ekspresi maupun sebagai sarana apresiasi. Jadi dalam hal ini penikmatan seni murni lebih erat hubungannya dengan penumbuhan kebutuhan emosi (perasaan)                                         
                  Contoh dari seni rupa murni ini diantaranya adalah  :
*            Seni lukis
       Dalam penertian modern  seni lukis adalah ungkapan rasa estetis dengan menggunakan unsur – unsur garis, bidang, ruang, bentuk, warna serta cahaya, dalm kesatuann yang harmonis pada bidang dua dimensi atau dua matra.
       Bidang dua dimensi hanya dibatasi panjang dan lebar. Jika mengungkapkan ruang dengan pertolongan perspektif garis atau gelap terang warna. sedang cahaya merupakan hal yang penting juga. Karena menggunakan bidang datar saja, maka seni lukis hanya dapat dinikmati dari satu arah pandang saja dari depan atau frontal.
*            Seni Patung
                 Patung merupakan cabang dari seni rupa yang proses penciptaannya diwujudkan dalam bentuk 3 dimensi, sehingga dapat dilihat dari berbagai arah.
                 Keberadaan seni patung dimulai sejak zaman pra sejarah dan merupakan seni yang tertua. Kehadirannya dimulai dengan kebutuhan manusia untuk memvisualisasi roh nenek moyang sebagai tanda pemujaan patung – patung nenek moyang dan totem – totem.
*            Seni ukir (pahat)

2.   Seni Rupa Terapan (appllied art)
               Seni ini disebut juga sebagai seni guna (usefulart) yaitu seni yang diciptakan selain terikat kepentingan estetis juga terikat dengan kepentingan utamanya yakni manfaat dan kegunaan. Contoh seni ini misalnya seni kerajinan, seni dekorasi dan seni busana. Penikmatan seni ini tidak hanya langsung pada nilai estetisnya, tetapi lebih ditekannkan pada kegunaan dan manfaat nya. Jadi seni ini pada umumnya lebih dekat pada pemuasan kebutuhan fisik / jasmani.

*            Seni arsitektur (bangunan)
         Disebut juga seni arsitektur, merupakan salah satu karya rupa tiga dimensi yang pembuatannya dilakukan dengan penuh pertimbangan – pertimbangan secara konstruktif dengan menggunakan bahan kayu, batu maupun logam.

*            Seni reklame
          Kata reklame berasal dari kata Re dan Clamo, Re berarti berulang – ulang atau kembali dan calamo artinya seruan atau berita. Jadi reklame artinya seruan atau berita yang berulang – ulang.
           Sesuai dengan arti katanya maka seni reklame digunakan untuk menerukan atau untuk menganjurkan menawarkan barang atau produk kepada masyarakat. Pengertian secara umum reklame adalah alat (media) komunikasi antara produsen dan konsumen untuk memperkenalkan barang produksinya.
Penawarannya dibuat menarik hingga membangkitkan animo masyarakat untuk membeli. Dalam perwujudannya reklame terdiri dari reklame visual (reklame pengelihatan), reklame audio (reklame pendenganran) dan reklame audio visual ( reklame pendengaran dan pengelihatan )
             
*            Seni karikatur
                 Karikatur merupakan gambar yang dibuat dengan coretan – coretan yang menitik beratkan pada karakter objeknya. Gambarnya bersifat ejekan , sindiran, dan kritikan yang dibuat lucu – lucu. pembuatan gambarannya bersifat isidental. Yaitu tatkala suatu peristiwa atau kejadian itu berlangsung. umumnya kejadian – kejadian yang digambarkan adalah kejadian – kejadian yang dilakukan oleh orang – orang tgernama atau tokoh seperti dalam dunia politik, olahraga, kesenian dan sebagainya.
§   
2.      Dilihat dari sisi media pewujud yang digunakan oleh pelaku seni

a.               Bahan yang terikat oleh waktu dan ruang
             Contohnya disini adalah Seni musik dan seni tari. Seni ini lazimnya disebut                        sebagai seni waktu.

b.              Bahan yang tidak terikat oleh waktu dan ruang
               Contohnya disini adalah seni rupa 2D dan seni rupa 3D. Biasanya seni ini               disebut sebagai seni ruang.