Senin, 30 Juli 2012
Senin, 23 Juli 2012
A. KONSEP SENI
1. Pengertian Seni
Kata
seni adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya,
walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni
berasal dari kata “sani” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/
Ketulusan jiwa”. Mungkin saya memaknainya dengan keberangkatan orang/
seniaman saat akan membuat karya seni, namun menurut kajian ilimu di
eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah
barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Namun kita tidaka usah
mempersoalkan makna ini, karena kenyataannya kalu kita memperdebatkan
makna yang seperti ini akan semakain memperkeruh suasana kesenian,
biarlah orang memilih yang mana terserah mereka.
Seni
adalah proses yang sengaja mengatur unsur-unsur dalam suatu cara yang
menarik indra atau emosi. Ini mencakup berbagai macam kegiatan manusia,
ciptaan, dan cara berekspresi, termasuk musik, sastra, film, patung, dan
lukisan. Makna seni ini dibahas dalam cabang filsafat yang dikenal
sebagai estetika.
2. Sifat Seni Secara Umum
Seni
memiliki sifat dasar kreatif, individual, perasaan, abadi, dan
universal. Pengertian kreatif adalah kemampuan seseorang untuk mengubah
sesuatu yang ada menjadi baru dan orisinil. Contoh: Batu yang diubah
menjadi patung, tanah liat dapat menjadi keramik, suara diubah menjadi
musik, gerakan menjadi sebuah tarian, dll. Sifat individual adalah bahwa
suatu karya seni memiliki ciri perseorangan dari penciptanya. Lagu-lagu
yang diciptakan Ebit G. Ade, sangat berbeda dengan lagu-lagu Rhoma
Irama, Titik Puspa, atau pun yang lainnya. Atau lukisan Afandi sangat
berbeda dengan lukisan-lukisan Basuki Abdullah, Raden Saleh, Popo
Iskandar, Piccaso, Van Googh, maupum pelukis lainnya. Ciri khas pribadi
inilah yang merupakan identitas dari karya mereka.
Seni
memiliki sifat perasaan, pengertiannya dalam membuat karya seni selalu
melibatkan emosi dan jiwa. Oleh sebab itu, untuk dapat menikmati sebuah
karya harus menggunakan kepekaan perasaan yang paling dalam. Sebuah lagu
yang diciptakan melalui perasaan seorang seniman, kemudian dibawakan
seorang penyanyi yang menjiwai isi lagu itu. Tampil dalam suara dan
penampilan yang seirama, maka para pendengar lagu itu akan tergugah
hatinya. Semua itu jika ada kesungguhan dalam menggunakan indera rasa
seperti yang dilakukan pencipta dan penyanyinya.Seni memiliki sifat
abadi atau keabadian. Sesungguhnya semua pembuatan manusia memiliki
sifat demikian, yaitu perbuatan baik atau tercela yang sudah dilakukan
tidak dapat dibatalkan. Seseorang yang telah berjasa kepada kita,
sosoknya akan selalu melekat sampai akhir hayat, walau pun mungkin
bendanya sudah hilang ditelan masa. Jika membuat karya seni memiliki
tujuan estetik atau keindahan, hendaknya orang yang menikmatinya turut
berlatih juga untuk berbuat sesuatu yang indah dan terpuji. Maka
layaklah seorang seniman mendapat penghargaan ketika ada anak yang
berbuat sesuatu kebaikan jika terpengaruh (menangkap amanat) cerita
film, novel, syair lagu, dll. Tetapi sebaliknya, siapa yang bersalah
jika kelakuan tidak baik diakibatkan oleh pengaruh cerita film atau
buku-buku yang tidak mendidik? Seni bersifat universal, artinya seni
tidak mengenal batasan waktu, bangsa, bahasa, dll. Sebagai contoh, semua
orang yang berlainan bahasa akan tertawa terbahak-bahak ketika melihat
tingkah laku badut sirkus yang sangat lucu. Atau seorang yang melihat
gambar karikatur akan tersenyum tanpa mengetahui siapa pembuatnya.
B. KONSEP SENI RUPA
1. Pengetian Seni Rupa
Seni
rupa adalah salah satu cabang kesenian,seni rupa merupakan ungkapan
gagasan dan perasaan manusia yang diwujudkan melalui pengolahan median
dan penataan elemen serta prinsip-prinsip desain.
Seni
rupa merupakan realisasi imajinasi yang tanpa batas dan tidak ada
batasan dalam berkarya seni. Sehingga dalam berkarya seni tidak akan
kehabisan ide dan imajinasi. Dalam seni rupa murni, karya yang tercipta
merupakan bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Sehingga objek yang
dibuat merupakan hasil dari satu atau lebih dari media yang ada (sebagai
catatan bahwa media atau bahan seni di dunia juga tidak terbatas).
Dalam
berkarya seni, tidak pernah ada kata salah dan juga tidak ada yang
mengatakan salah pada karya yang telah diciptakan. Namun demikian, di
dalam proses berkarya seni, karena dalam hal ini adalah proses belajar,
maka harus dilakukan dengan cara yang benar, sesuai dengan tujuan dari
pembelajaran. Untuk anak usia dini (0 – 8 tahun), ketika belajar tentang
seni rupa tidak hanya bertujuan untuk berproses berkarya seni saja,
karena selain itu juga diharapkan dapat memberikan fisik motorik,
kognitif, bahasa, sosial, emosional serta kemandirian pada anak. Jadi
dengan bimbingan yang tepat, seorang anak akan dapat melatih
potensi-potensi yang bermanfaat.
Seni
rupa atau seni yang tampak adalah salah satu bentuk kesenian visual
atau tampak ada yang tidak hanya bisa diserap oleh indera penglihatan,
tetapi juga bisa oleh indera peraba, maksudnya adalah teksturnya dapat
dirasakan, misalnya kasar, halus, lunak, keras, lembut, dsb. Namun tidak
menutup kemungkinan tekstur ini adalah tekstur maya (ada namun tidak
nyata) atau tekstur ini seolah-olah ada yang dikarenakan mata kita
dikelabuhi oleh sesuatu yang tampak, misalnya sebuah foto kayu : disitu
seolah-olah kita melihat adanya tekstur namun kenyataannya tekstur itu
tidak ada jika kita merabanya
2. Fungsi Seni Rupa
Seni rupa dapat berfungsi sebagai :
a. media ekspresi
b. media komunikasi
c. media pengembangan bakat
d. media pendidikan
3. Aspek seni rupa
a. Aspek grahita
b. Aspek Garapan
c. Aspek Tata
4. Jenis Karya Seni Rupa
a. Karya
rupa murni yakni karya seni rupa yang sengaja diciptakan sebagai sarana
ekspresi komunikasi,rekreasi dan terapi.Karya seni rupa murni ini dapat
berupa dwimarta ataupun trimatra.
b. Karya
seni rupa terapan yang sengaja dicipta untuk tujuan fungsional.Karya
seni rupa ini pun mencakup 2 macam yakni dwimarta dan trimarta
C. KONSEP PENDIDIKAN SENI
Pendidikan
seni merupakan saran untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan
pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan
pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan
untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktivitas
permainan. Melalui permainan, kita dapat mendidik anak dan membina
kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Melalui permainan dalam
pendidikan seni anak memiliki keleluasaan untuk mengembangkan
kreativitasnya.
Beberapa
aspek penting yang perlu mendapat perhatian dalam pendidikan seni
antara lain kesungguhan, kepekaan, daya produksi, kesadaran berkelompok,
dan daya cipta. Pendidikan seni adalah segala usaha untuk meningkatkan
kemampuan kreatif ekspresif anak didik dalam mewujudkan kegiatan
artistiknya berdasrkan aturan-aturan estetika tertentu. selain itu,
pendidikan seni di SD bertujuan menciptakan cipta rasa keindahan dan
kemampuan mengolah menghargai seni. Jadi melalui seni, kemampuan cipta,
rasa dan karsa anak di olah dan dikembangkan.
Selain
mengolah cipta, rasa dan karsa seperti yang diterapkan di atas,
pendidikan seni merupakan mengolah berbagai ketrampilan berpikir. Hal
tersebut meliputi ketrampilan kreatif, inovatif, dan kritis. Ketrampilan
ini di olah melalui cara belajar induktif dan deduktif secara seimbang.
Dunia
anak adalah dunia bermain. Salah satu fungsi seni adalah sebagai media
bermain. Oleh sebab itu, aktivitas berolah seni dapat dikembangkan
melalui bermain. Melalui bermain kemampuan mencipta atau berkarya,
bercita rasa estetis dan berapresiasi seni diperoleh secara
menyenangkan. Melalui kondisi yang menyenangkan seperti ini, anak akan
mengulang setiap aktivitas belajarnya secara mandiri dan akan menjadi
kebiasaan dan keinginan terhadap seni.
D. KONSEP PENDIDIKAN SENI RUPA SD
Pendidikan
Seni Rupa sesungguhnya merupakan istilah yang relatif baru digunakan
dalam dunia persekolahan. Pada mulanya digunakan istilah menggambar.
Penggunaan istilah pengajaran menggambar ini berlangsung cukup lama
hingga kemudian diganti dengan istilah Pendidikan Seni rupa.Materi
pelajaran yang diberikan tidak hanya menggambar tetapi juga beragam
bidang seni rupa yang lain seperti mematung, mencetak, menempel dan juga
apresiasi seni. Tujuan pengajaran menggambar di sekolah adalah untuk
menjadikan anak pintar menggambar melalui latihan koordinasi mata dan
tangan.
Pendidikan
seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan
pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan
pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan
pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan
untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas
permainan, melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina
kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan seni
dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Pendidikan Seni Rupa adalah
mengembangkan keterampilan menggambar, menanamkan kesadaran budaya
lokal, mengembangkan kemampuan apreasiasi seni rupa, menyediakan
kesempatan mengaktualisasikan diri, mengembangkan penguasaan disiplin
ilmu Seni Rupa, dan mempromosikan gagasan multikultural.
E. PERLUNYA PENDIDIKAN SENI RUPA DI SD
Menurut
Sternberg ,kualitas emosional yang tampaknya penting, penting bagi
keberhasilan kualitas ini adalah kemampuan mengenali perasaannya sendiri
sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu mengenali emosinya
sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka
yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan- keputusan secara
mantap. Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan sesorang untuk
mengendalikan perasaannya sendiri, sehingga tidak meledak dan akhirnya
dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar. (Sternberg, Saloveri dalam
Tolopan; 1997)
Menurut
Pitcer (1982) mengatakan kemampuan membina hubungan bersosialisasi sama
artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain. Dengan seni rupa
akan membantu anak-anak untuk mengerti orang lain dan memberikan
kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional
mereka. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman,
pandai bergaul. Melalui belajar kelompok dituntut untuk bekerjasama,
mengerti orang lain. Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan
relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya.
Menurut
Goleman (1995) mengatakan bahwa idealnya seseorang dapat menguasai
ketrampilan kognitif sekaligus ketrampilan sosial emosional.Melalui
bukunya yang terkenal “Emotional Intelligences (EQ)”, memberikan
gambaran spektrum kecerdasan, dengan demikian anak akan cakap dalam
bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli. Perkembangan Kognitif
tidak dating dengan sendirinya. Untuk mendorong pertumbuhan, kurikulum
yang disusun berdasarkan atas taraf perkembangan anak. Serta harus dapat
memberikan pengalaman pendidikan yang spesifik yaitu melalui pendidikan
senirupa di sekolah.
F. JENIS KARYA SENI RUPA
Jenis karya seni rupa antara lain :
1. Menggambar
Kegiatan
menggambar di SD dapat diterapkan dalam berbagai cara dari mulai
pembuatan shet,pengembangan shet,menjadikan karya karya lukis atau
gambar ,menggambar dengan skema,memindahkan gambar denagan bantuan
kisi-kisi,dan menggambar ekspresi dengan cara memberikan gambaran kepada
siswa bagaimana seorang maestro menggarap karya mereka dari awal sampai
akhir.
Kegiatan
coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik anak dan anak
sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru dan
kesempatan yang diberikan anak akan termotivasi membuat gambar.
Kegiatan
menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan
pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya. Dengan kata lain, gambar
merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan pikiran-pikiran atau
perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu
bentuk bahasa.Ada 3 tahap perkembangan anak yang dapat dilihat
berdasarkan hasil gambar dan cara anak menggambar:
Pertama,
tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3
tahun. Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya
sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu
seperti benang kusut.Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah
tahap mencoret terkendali. Pada tahap ini anak mulai menyadari adanya
hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah
goresan menjadi garis panjang, kemudian lingkaran-lingkaran.
Tahap
ketiga, pada anak usia 3 ½ – 4 tahun, pergelangan tangan anak sudah
lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil
goresannyapun sudah lebihTujuan menggambar bagi anak:
1. Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri
2. Mengembangkan daya kreativitas
3. Mengembangkan kemampuan berbahasa
4. Mengembangkan citra diri anak
2. Finger Painting (Lukisan Jari)
Pada
kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah satu kegiatan di area
seni yaitu kegiatan melukis dengan jari tangan atau bisa dikenal dengan
nama finger painting.
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
- Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-otot
kecil dan kematangan syaraf.
-
Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna
yang terang kita dapat mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan
kondisi-kondisi emosi mereka.
- Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang sekunder dan tersier.
- Mengendalkan estetika keindahan warna.
- Melatih imajinasi dan kreatifitas anak.
Ada beberapa metode atau cara dalam kegiatan finger painting :
• Menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu)
• Menggunakan teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi)
3. Melukis
Salah
satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya kesenangan tetapi
juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman dengan anak-anak selagi
mereka belajar melukis. Pelajaran melukis dapat diawali oleh anak yang
berusia 4-6 tahun atau usia TK. Media yang digunakan untuk melukis pada
anak usia dini biasanya cat air, cat minyak, finger painting, dan
lain-lain.
Dalam
pembelajaran melukis anak-anak biasanya belajar sambil bercakap-cakap
dengan temannya. Percakapan pertama mereka kebanyakan adalah tentang
warna-warna yang mereka peroleh. Sambil bereksperimen dengan
mencampurkan warna-warna, anak-anak itu bermain, bermain elemen seni ini
dengan cara yang santai. Hal ini menjaga agar kuas dan semangat mereka
tetap bekerja. Ini akan membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang
bersifat pribadi dalam lukisan.Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun,
cirikhas kelompok umur mereka adalah dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubu-ngan dengan hidup mereka sendiri.
Anak-anak membuat lukisan tentang suasana hati, baik yang muram, sendu
atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka disampaikan oleh
warna. Mereka belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan dapat
membantu mengungkapkanide-ide.
4. Membentuk
Arti
kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah, membangun dan
mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni rupa adalah terjemahan
dari kata dalam bahasa Belanda “boetseren” atau bahasa Inggris
“modeling”. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk
adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, malam lilin,
playdog dan sejenisnya. Tetapi dalam pengembangannya, selama tidak
mengingkari maksud dari arti kata membentuk tadi, dapat dipergunakan
bahan-bahan lain seperti kertas, karton atau bahan-bahan lembaran yang
sekiranya dapat dibentuk.
Bahan
yang tidak pernah cukup bagi mereka adalah tanah liat. Mereka tidak
bosan dengan bahan yang lengket, basah dan bisa dibentuk sesuai
keinginan mereka. Anak-anak akan menghabiskan hari mereka dengan tanah
liat. Mereka suka menyentuh tanah liat, untuk merasakan sensualitasnya.
Teknik membentuk sangat beraneka ragam,diantaranya :
a. Disambungkan Membutsir
Membutsir
adalah membuat karya tiga dimensi dari bahan yang lunak dengan cara
diremas-remas dengan tangan pada saat tanah masih dalam keadaan
lembek.Bahan yang biasa digunakan adalah tanah dan plastisin.Selain
membutsir dengan tangan yang diremas-remaskan tetapi sering juga
menggunakan alat yang disebut sudip.
b. Memahat
Membentuk
dengan jalan membuang bahan yang tidak dipergunakan dengan cara
memahat.Setiap bahan ada peringkat pahat yang khusus .Media yang dapat
dipakai antara lain kayu,batu es,dsb.Karya yang dibuat dari bahan yang
disambung-sambung.
c. Cor (Menuang)
Proses
menuang menggunakan bahan cair yang dituangkan pada alat acuan yang
berbentuk cetakan.Setelah menjadi keras dikeluarkan dari
acuan/cetakan.Bahan cair ini dibuat dari semen,plastic ,karet dan gips.
d. Merakit
Membuat
karya dengan cara menyambung-nyambung beberapa bagian atau potongan
bahan.Caranya disebut merakit,hasilnya disebut rakitan.Potongan bahan
disambungkan dengan cara dilas,dipatri,disekrup atau dengan cara yang
lain.
5. Mencetak
Mencetak
adalah proses memperbanyak suatu gambar atau naskah dengan menggunakan
teknik tertentu diantaranya cetak datar,cetak tinggi,cetak dalam,cetak
saring,cetak copy,dan cetak dengan pintu out.
Mencetak
dapat dilakukan anak diberbagai usia, dimulai dari anak berusia 5
tahun. Kadang-kadang seorang anak kecil akan menemukan idenya sendiri.
Entah bagaimana dengan cara apa seorang anak berusia 5 tahun dalam
pembelajaran mencetak anak menemukan bahwa menepukkan spons yang sudah
diberi warna di atas menghasilkan rangkaian pola yang berulang-ulang
(perihal mencetak, merupakan suatu kemungkinan yang menakjubkan untuk
mengulanginya).
Mencetak
yang formal membuthkan pelat atau stempel. Stempel tersebut
gambar-gambar yang diukir atau ditimbulkan, yang diberi tinta dan
kemudian dipindahkan ke kertas. Stempel cetak yang paling sederhana
terbuat dari Styrofoam. Selain murah juga tidak berbahaya bagi anak
didik kita.
Untuk
anak-anak usia 5 tahun dan 6 tahun, penting khususnya untuk menyuruh
mereka mencetak dihari yang sama. Dengan cara ini mereka sungguh-sungguh
memahami prosesnya. Semua anak menikmati mengeksplorasi efek-efek yang
dihasilkan tekstur ini ketika pelatnya dicetak.
6. Menjiplak
Sebelum
membuat cetakan apapun, anak-anak dapat menggunakannya untuk menjiplak.
Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat
dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan keras untuk
mendapatkan gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup
mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak cara.
Koin-koin
biasanya adalah favorit mereka. Koin adalah bahan yang sederhana dan
mudah sekali didapat. Mereka dapat dengan mudah membuat banyak jiplakan
yang berbeda dari obyek-obyek yang ditemukan di sekolah. Ini merupakan
cara yang bagus untuk membuat anak-anak peka pada dunia sekitar mereka.
7. Kolase
Kolase
dalam pengertian yang paling sederhana adalah penyusunan berbagai macam
bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak di kelasbiasanya
memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain, bahan-bahan
berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai
bagian dari pengalaman mereka dapat membuat keputusan sendiri tentang
penggunaan warna, ukuran dan bentuk.
Ada beberapa macam kolase yaitu:
· Kolase dengan kertas dan kain
· Kolase dengan tekstur
8. 3M (Menggunting,Menempel,Melipat)
Karya
rupa 3M ini merupakan proses manipulasi lembaran kertas menjadi suatu
bentuk tiga dimensi.Di Jepang teknik seperti ini disebut teknik origami.
G. PERANAN SENI RUPA
Peranan Bagi Anak Usia Dini
Bermain
bagi anak merupakan kegembiraan dan kesibukan yang penting. Dalam
bertanya seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan anak
nampak dan terlihat disebabkan oleh keaktifan atau kesempatan bergerak,
bereksperimen, berlomba dan berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa
senangnya anak-anak berkarya melalui seni rupa, mereka akan
bergerak-gerak dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang
diinginkan. Dalam kelompok mereka selalu berlomba untuk menyelesaikan
karyanya sesuai dengan gagasannya. Apabila anak berhasil berkarya,
dengan spontan ia akan berteriak dan bergerak, menandakan
kegembiraannya. Anak berkarya sesuai dengan daya fantasinya dan apa yang
dicapainya perlu mendapat pemahaman/pengertian orang lain. Bermain
sangat berguna bagi perkembangan anak untuk persiapan dalam kehidupan
masa dewasa. Permainan dimaksudkan antara lain : Permainan “membentuk”;
melatih anak untuk berkarya. Permainan “fungsi”; melatih berbagai macam
aktivitas fisik. Permainan “peranan”; berguna untuk menyiapkan anak
mampu melakukan peranan dalam kehidupan di kemudian hari. Permainan
“menerima”; berguna untuk memupuk kemampuan menerima kebudayaan.
Peranan Guru
Peranan
guru di kelas adalah menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dan
memahami karakteristik siswa sebagai anak didik di kelasnya. Dalam
melaksanakan kegiatan kelas guru harus menjadi pengelola, perencana,
penyuluh dan perancang program yang baik dan tuntas. Guru yang simpatik,
imajinatif, kreatif dan luas pengetahuannya. Adalah prasarat mutlak
bagi guru sekolah dasar.
Peranan Sekolah
Sekolah
berperan sebagai tempat membina dan melatih diri melalui pengajaran dan
pendidikan untuk mengatasi segala masalah di masyarakat kelak setelah
anak menyelesaikan sekolah. Di sekolah anak-anak dihadapkan pada
tuntutan untuk tetap bersikap teratur berdisiplin (diam/tenang),
memperhatikan petunjuk-petunjuk guru, menguasai seluruh perangkat.
H. METODE PEMBELAJARAN SENI RUPA DI SD
1. Strategi Penataan
Strategi
penataan berkaitan dengan rancangan menata urutan materi pembelajaran
dari yang mudah ke yang sulit, dari konkrit ke abstrak.
2. Strategi penyampaian
Strategi
penyampaian berkaitan dengan media pembelajaran atau alat bantu
pembelajaran untuk menyampaikan materi yang telah dikemas.
3. Stategi pengelolaan
Strategi pengelolaan berkaitan dengan kegiatan pengelolaan kelas selama pembelajaran dilaksanakan.
I. MODEL PEMBELAJARAN SENI RUPA
1. Model Terkait
Model
terkait adalah model pembelajaran terpadu yang paling sederhana karena
menekankan pada hubungan secara eksplisit tentang konsep atau
prinsip,atau pokok bahasan atau ketrampilan atau tugas,atau sikap dalam
suatu bidang studi.Pada pembelajaran SR-KT terpadu keterkaitan dalam
substansial material seni.Model terkait dalam SR-KT terpadu dapat
dimodifikasikan berdasarkan jenis matra substansial seni.Urutan
keterkaitan dan besr bobot materi masing-masing substansial materi yang
terkait.
Keunggulan Model Terkait :
Keunggulan Model Terkait :
a. Paling sederhana sehingga paling mudah di rancang dan dilaksanakan
Terjadi interalisasi karena adanya pengembangan konsep-konsep inti secara terus-menerus
Terjadi interalisasi karena adanya pengembangan konsep-konsep inti secara terus-menerus
b. Memudahkan proses transfer gagasan-gagasan dalam pemecahan masalah.
Siswa lebih mudah dalam mendapatkan gambaran-gambaran mengenai suatu ketrampilan tertentu.
Siswa lebih mudah dalam mendapatkan gambaran-gambaran mengenai suatu ketrampilan tertentu.
Kelemahan Model Terkait :
a. Model
terkait pada intinya adalah mengaitkan antara prinsip,konsep
ketrampilan dan tugas atau sikap pada suatu bidang kajian tertentu.Hal
ini menyebabkan SR-KT tetap terpisah dan keterpaduan tidak Nampak
walaupun hubungan telah dirancang secara eksplisit dalam suatu disiplin
mata kajian.
b. Fokus
pembelajaran masih bersifat sempit karena usaha-usaha untuk memadukan
gagasan-gagasan dalam suatu bidang studi dapat membatasi usaha
mengembangkan hubungan yang lebih menyeluruh dengan bidang studi lain.
2. Model Terjala
Merupakan
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Model ini
menekankan hubungan antara dua atau lebih mata pelajaran melalui tema.
Pada pembelajaran senirupa terpadu, model terjala ini dapat memadukan
secara intra bidang studi (seni music, tari) dan inter bidang studi
(senirupa, music, tari, matematika, ips, ipa dll). Keunggulan:
a. Melalui pendekatan tematik, pembelajaran terpadu model ini memiliki kekuaatn komprehensif yang tinggi.
a. Melalui pendekatan tematik, pembelajaran terpadu model ini memiliki kekuaatn komprehensif yang tinggi.
b. Membangun motivasi siswa melalui kegiatan pemilihan dan pengembangan tema
c. Meningkatkan kemampuan wawasan guru tentang suatu konsep secara komprehensif
Kelemahan :
Kelemahan :
a. Membutuhkan waktu yang lama dalam merancang pembelajaran
b. Ketrampilan seni rupa yang diperoleh siswa kurang optimal
c.
Guru memerlukan kemampuan mengevaluasi proses dan produk pembelajaran
agar perncanaan dan pelaksanaan pembalajaran dapat tercapai secara
optimal
3. Model Terpadu
Model
terpadu merupakan pembelahjaran terpadu yang menggunakan tema yang
diangkat dari adanya tumpang tindih tentang konsep ketrampilan dan sikap
dalam kurikulum yang berlaku dari berbagai mata pelajaran atau mata
kajian. Keunggulan :
a. Mampu membangun motivasi siswa
b. Mampu mengembangkan aspek sikap pada dampak pengiring dalam pembelajaran
c. Menghemat waktu
d. Memiliki kekuatan komprehensif yang tinggi
Kelemahan :
a. Membutuhkan kurikulum yang mengacu pada keterpaduan serta kebijakan-kebijakan pendukung dalam system evaluasi pembelajaran
b. Membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran dalam merancang model pembelajaran terpadu
c. Model terpadu merupakan pembelajaran terpadu yang paling rumit.
J. PENDEKATAN PEMBELAJARAN SENI RUPA
Pembelajaran
Pendidikan Seni dilaksanakan baik dengan pendekatan terpisah dan
terpadu. Pendekatan terpisah ialah melaksanakan pembelajaran setiap
bidang seni, sesuai dengan ciri-ciri khusus dan kesatuan substansi
masing-masing. Pendekatan terpadu ialah melaksanakan pembelajaran yang
memadukan bidang-bidang seni dalam bentuk seni pertunjukan, seni
multimedia, atau kolaborasi seni. Pembelajaran Pendidikan Seni secara
terpadu meliputi pembelajaran apresiatif dan produktif.
Pembelajaran
apresiatif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan apresiasi
terhadap karya seni yang merupakan perpaduan antara dua atau lebih
bidang seni, baik secara langsung maupun melalui media audio-visual,
misalnya pertunjukan musik, tari, teater, atau film. Pembelajaran
produktif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan berkarya dan
penyajian seni yang melibatkan dua atau lebih bidang seni, misalnya
dalam bentuk seni pertunjukan atau kolaborasi antar bidang seni.
Alternatif
pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Seni sebagai berikut. Sekolah
yang memiliki lebih dari satu guru bidang seni, masing-masing guru
memberikan pembelajaran seni sesuai dengan bidangnya secara terpisah.
Siswa memilih salah satu bidang seni sesuai dengan minatnya. Pembelajaan
secara terpadu dilaksanakan dengan kerja sama antara guru-guru bidang
seni yang bersangkutan. Sekolah yang hanya memiliki guru salah satu
bidang seni, guru tersebut melaksanakan pembelajaran seni sesuai dengan
bidangnya, tetapi sedapat mungkin juga melaksanakan pembelajaran seni
secara terpadu, sesuai dengan kemampuannya.
Materi
pokok yang bersifat teoritik tidak diberikan secara terpisah, tetapi
secara integratif dengan materi kegiatan apresiasi seni, berkarya seni,
kritik seni, dan penyajian seni. Pembelajaran yang bersifat praktek
(berkarya) lebih berorientasi pada proses dari pada hasil, sehingga
lebih menekankan usaha membentuk dan mengungkapkan gagasan kreatif dari
pada kualitas komposisi yang dihasilkan.
Dalam
pembelajaran Pendidikan Seni, pengembangan sikap memiliki kedudukan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan, dan pengetahuan.
Untuk menunjang pembelajaran materi yang mengarah pada penguasaan
keahlian profesional, termasuk menggambar dengan mistar (menggambar
konstruksi), perlu ditunjang dengan program ekstrakurikuler, sesuai
dengan bakat dan minat siswa.
K. PERKEMBANGAN SENI RUPA ANAK SEKOLAH DASAR
1. Perodisasi
menurut Kerchensteiner (Muharam dan Sundaryati, 1991: 34) Upaya yang
telah dilakukan Kerchensteiner adalah mengadakan penyelidikan pada anak
anak dari masa bayi sampai empat belas tahun. Dari 100.000 buah gambar
ia menggolongkannya dalam beberapa periode, masa, yaitu:
Masa Mencoreng : 0 3 tahun
Masa bagan : 3 - 7 tahun
Masa bentuk dan garis : 7 - 9 tahun
Masa bayang-bayang : 9 - 10 tahun
Masa persfektif : 10 - 14 tahun
Masa bentuk dan garis : 7 - 9 tahun
Masa bayang-bayang : 9 - 10 tahun
Masa persfektif : 10 - 14 tahun
2. Periodisai menurut Cyrl Burt (Lowenfeld, 1975: 118-119) Membagi periodisasi gambar menjadi tuju tingkatan, yaitu:
Masa mencoreng : 2 - 3 tahun
Masa garis : 4 tahun
Masa simbolisme deskriptif : 5 - 6 tahun
Masa realisme deskriftif : 7 - 8 tahun
Masa realisme visual : 9 - 10 tahun
Masa represi : 10 – 14 tahun
Masa pemunculan artistic : masa adolesen
Masa mencoreng : 2 - 3 tahun
Masa garis : 4 tahun
Masa simbolisme deskriptif : 5 - 6 tahun
Masa realisme deskriftif : 7 - 8 tahun
Masa realisme visual : 9 - 10 tahun
Masa represi : 10 – 14 tahun
Masa pemunculan artistic : masa adolesen
3. Periodisasi
masa perkembangan seni rupa anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert
Brittain adalah: Penyelidikan yang dilakukan terhadap anak-anak usia 2
sampai 17 tahun menghasilkan periodisasi sebagai berikut:
Masa mencoreng (scribbling) : 2-4 tahun
Masa Prabagan (preschematic) : 4-7 tahun
Masa Bagan (schematic period) : 7-9 tahun
Masa Realisme Awal (Dawning Realism) : 9-12 tahun
Masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic) : 12-14 tahun
Masa Penentuan (Period of Decision) : 14-17 tahun.
Masa mencoreng (scribbling) : 2-4 tahun
Masa Prabagan (preschematic) : 4-7 tahun
Masa Bagan (schematic period) : 7-9 tahun
Masa Realisme Awal (Dawning Realism) : 9-12 tahun
Masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic) : 12-14 tahun
Masa Penentuan (Period of Decision) : 14-17 tahun.
Perkembangan Seni Rupa Anak Sekolah Dasar
Setiap
guru SD perlu mengenal latar belakang anak didiknya, khususnya landasan
teori tentang dunia kesenirupaan anak yang telah dikembangkan oleh para
ahli, agar ia dapat memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi siswa. Anak Sekolah Dasar (SD) berusia sekitar 6 - 12 tahun.
Berdasarkan teori tahap-tahap perkembangan menggambar/seni rupa secara
garis besar dapat dibedakan dua tahap karakteristik, yaitu kelas I
sampai dengan kelas III ditandai dengan kuatnya daya fantasi-imajinasi,
sedangkan kelas IV sampai dengan kelas VI ditandai dengan mulai
berfungsinya kekuatan rasio. Perbedaan kedua karakteristik ini tampak
pada gambar-gambar (karya dua dimensi) atau model, patung dan perwujudan
karya tiga dimensi lainnya.
Ada
dua cara untuk memahami perkembangan seni rupa anak-anak. Pertama,
mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan perkembangan senirupa anak
menurut para ahli. Kedua, mengamati dan mengkaji karya anak secara
langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan karya anak
berdasarkan rentang usia yang relevan dengan teori yang telah kita
pelajari. Melalui kegiatan ini, diharapkan kita bisa memahami
perkembangan seni rupa anak secara komprehensif.
Dalam
psikologi perkembangan dinyatakan baha pada rentang kehidupan manusia
khususnya anak ada yang disebut masa keemasan yang dikenal dengan masa
peka. Hal ini dipertegas oleh Piere Duquet (1953: 41) bahwa: “A childre
who does not draw is an anomaly, and particulary so in the years between
6 an 10, which is outstandingly the golden age of creative expression”.
Pada masa peka atau keemasan ini anak harus diberi kesempatan agar
potensi yang dimilikinya berfungsi secara maksimal. Masa peka tiap orang
berbeda-beda. Secara umum, masa peka menggambar ada pada masa lima
tahun, sedangkan masa peka perkembangan ingatan logis pada umur 12 dan
13 tahun (Muharam dan Sundaryati, 1991: 33).
Selanjutnya,
untuk terciptanya kesempatan bagi siswa agar dapat melakukan ekspresi
kreatif, maka guru perlu melakukan kegiatan berupa: 1) memberi
perangsang (stimulasi) kepada siswa, 2) guru dapat mempertajam imajinasi
dan memperkuat emosi siswa dengan menggunakan metode pertanyaan yang
dikembangkan Sokrates.
Kemampuan
siswa kelas rendah dalam membuat gambar tampak lebih spontan dan
kreatif dibandingkan dengan siswa kelas tinggi. Hal ini terjadi karena
semakin tinggi usia anak, maka kemampuan rasionya semakin berkembang
sehingga dapat berpikir kritis. Kondisi ini akan mempengaruhi anak dalam
hal spontanitas dan kreatifitas karya. Bila rasionya sudah berfungsi
dengan baik, maka dalam membuat karya seni, misalnya menggambar, mereka
selalu mempertimbangkan objek gambar secara rasional; bentuk yang baik,
proporsi yang tepat, penggunaan warna yang cocok sesuai dengan benda
yang dilihatnya.
Sejalan
dengan pendapat di atas, sebagai guru pendidikan seni rupa perlu
memahami perkembangan artistik (artistic development) peserta didik.
1. Masa Coreng-Moreng (Scribbling Period)
Kesenangan
membuat goresan pada anak-anak usia dua tahun bahkan sebelum dua tahun
sejalan dengan perkembangan motorik tangan dan jarinya yang masih
menggunakan motorik kasar. Hal ini dapat kita temukan anak yang
melubangi atau melukai kertas yang digoresnya. Goresan-goresan yang
dibuat anak usia 2-3 tahun belum menggambarkan suatu bentuk objek. Pada
awalnya, coretan hanya mengikuti perkembangan gerak motorik. Biasanya,
tahap pertama hanya mampu menghasilkan goresan terbatas, dengan arah
vertikal atau horizontal. Hal ini tentunya berkaitan dengan kemampuan
motorik anak yang masih mengunakan moRotik kasar. Kemudian, pada
perekmbangan berikutnya penggambaran garis mulai beragam dengan arah
yang bervariasi pula. Selain itu mereka juga sudah mampu mambuat garis
melingkar. Periode ini terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu: 1) corengan
tak beraturan, 2) corengan terkendali, dan 3) corengan bernama. Ciri
gambar yang dihasilkan anak pada tahap corengan tak beraturan adalah
bentuk gembar yang sembarang, mencoreng tanpa melihat ke kertas, belum
dapat membuat corengan berupa lingkaran dan memiliki semangat yang
tinggi Corengan terkendali ditandai dengan kemampuan anak menemukan
kendali visualnya terhadap coretan yang dibuatnya. Hal ini tercipta
dengan telah adanya kerjasama antara koordiani antara perkembangan
visual dengan perkembamngan motorik. Hal ini terbukti dengan adanya
pengulangan coretan garis baik yang horizontal , vertical, lengkung ,
bahkan lingkaran.
Corengan
bernama merupakan tahap akhir masa coreng moreng. Biasanya terjadi
menjelang usia 3-4 tahun, sejalan dengan perkembangan bahasanya anak
mulai mengontrol goresannya bahkan telah memberinya nama, misalnya:
“rumah”, “mobil”, “kuda”. Anak-anak memiliki jiwa bebas, ceria. Mereka
sangat menyenangi warna-warna yang cerah misalnya dari crayon.
Kesenangan menggunakan warna biasanya setelah ia bisa memberikan judul
terhadap karya yang dibuatnya. Penggunaan warna pada masa ini lebih
menekankan pada penguasaan teknik-mekanik penempatan warna berdasarkan
kepraktisan penempatannya dibandingkan dengan kepentingan aspek emosi.
Pada masa mencoreng, bila anak difasilitasi oleh orang tua maka akan
memiliki peluang untuk melakukan kreasi dalam hal garis dan bentuk,
mengembangkan koordinasi gerak, dan mulai menyadari ada hubungan gambar
dengan lingkungannnya. Hal yang paling penting yang harus dilakukan oleh
orang tua dan guru pada masa ini adalah dengan memberi perhatian
terhadap karya yang sedang dibuat anak sehingga tercipta kemampuan
komunikasi anak dengan orang deswasa secara melalui bahasa.
2. Masa Pra Bagan (Pre Schematic Period)
Usia
anak pada tahap ini bisanya berada pada jenjang pendidikan TK dan SD
kelas awal. Kecenderungan umum pada tahap ini, objek yang digambarkan
anak biasanya berupa gambar kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang
menggambarkan kepala kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai
pengganti kedua kaki. Ciri-ciri yang menarik lainnya pada tahap ini
yaitu telah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi
kesan objek dari dunia sekitarnya. Koordinasi tangan lebih berkembang.
Aspek warna belum ada hubungan tertentu dengan objek, orang bisa saja
berwarna biru, merah, coklat atau warna lain yang disenanginya.
3. Masa Bagan (Schematic Period)
Konsep
bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung mengulang bentuk.
Gambar masih tetap berkesan datar dan berputar atau rebah (tampak pada
penggambaran pohon di kiri kanan jalan yang dibuat tegak lurus dengan
badan jalan, bagian kiri rebah ke kiri, bagian kanan rebah ke kanan).
Pada perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya
garis pijak (base line)
4. Masa Realisme Awal (Early Realism)
Pada
periode Realisme Awal, karya anak lebih menyerupai kenyataan. Kesadaran
perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka
menyatukan objek dalam lingkungan. Selain itu kesadaran untuk
berkelompok dengan teman sebaya dialami pada masa ini. Perhatian kepada
objek sudah mulai rinci. Namun demikian, dalam menggambarkan objek,
proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya. Pemahaman
warna sudah mulai disadari. Warna biru langit berbeda dengan biru air
laut. Penguasan konsep ruang mulai dikenalnya sehingga letak objek tidak
lagi bertumpu pada garis dasar, melainkan pada bidang dasar sehingga
mulai ditemukan garis horizon. Selain dikenalnya warna dan ruang,
penguasaan unsur desain seperti keseimbangan dan irama mulai dikenal
pada periode ini. Ada perbedaan kesenangan umum, misalnya: anak
laki-laki lebih senang kepada menggambarkan kendaraan, anak perempuan
kepada boneka atau bunga.
5. Masa Naturalisme Semu
Pada
masa naturalisme semu, kemampuan berfikir abstrak serta kesadaran
sosialnya makin berkembang. Perhatian kepada seni mulai kritis, bahkan
terhadap karyanya sendiri. Pengamatan kepada objek lebih rinci. Tampak
jelas perbedaan anak-anak bertipe haptic dengan tipe visual. Tipe visual
memperlihatkan kesadaran rasa ruang, rasa jarak dan lingkungan, dengan
fokus pada hal-hal yang menarik perhatiannya. Penguasaan rasa
perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh objek lebih meningkat. Tipe
haptic memperlihatkan tanggapan keruangan dan objek secara subjektif,
lebih banyak menggunakan perasaannya. Gambar-gambar gaya kartun banyak
digemari.
Ada
sesuatu yang unik pada masa ini, di mana pada satu sisi anak ekspresi
kreatifnya sedang muncul sementara kemampuan intelektualnya berkembang
dengan sangat pesatnya. Sebagai akibatnya, rasio anak seakan-akan
menjadi penghambat dalam proses berkarya. Apakah gambar ini seperti
kucing? Sementara kemampuan menggambar kucing kurang misalnya.Sebagai
akibatnya mereka malu kalau memperlihatkan karyanya kepada sesamanya.
6. Periode Penentuan
Pada periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan diri. Perbedaan tipe
individual makin tampak. Anak yang berbakat cenderung akan melanjutkan
kegiatannya dengan rasa senang, tetapi yang merasa tidak berbakat akan
meninggalkan kegiatan seni rupa, apalagi tanpa bimbingan. Dalam hal ini
peranan guru banyak menentukan, terutama dalam meyakinkan bahwa
keterlibatan manusia dengan seni akan berlangsung terus dalam kehidupan.
Seni bukan urusan seniman saja, tetapi urusan semua orang dan siapa pun
tak akan terhindar dari sentuhan
Pengertian Konsep Pendidikan Seni
Pengertian Konsep Pendidikan Seni
Konsep
seni secara utuh mencakup: (a) Pengertian seni, (b) Sifat dasar seni,
(c) Unsur-unsur karya seni, dan (d) Ragam seni.
Seni adalah kegiatan manusia dalam mengekspresikan pengalaman hidup dan kesadaran artistiknya yang melibatkan kemampuan intuisi, kepekaan indriawi dan rasa, kemampuan intelektual, kreativitas serta keterampilan teknik untuk menciptakan karya yang memiliki fungsi personal atau sosial dengan menggunakan berbagai media.
Pengertian Seni bersifat majemuk, dinamis, bergerak bebas, terbuka mencakup berbagai kecenderungan individual yang khas. Banyak faktor yang menentukan batasan atau makna seni, seperti: kurator, kritikus, pasar, kondisi kultural, dan lain-lain.
Seni adalah kegiatan manusia dalam mengekspresikan pengalaman hidup dan kesadaran artistiknya yang melibatkan kemampuan intuisi, kepekaan indriawi dan rasa, kemampuan intelektual, kreativitas serta keterampilan teknik untuk menciptakan karya yang memiliki fungsi personal atau sosial dengan menggunakan berbagai media.
Pengertian Seni bersifat majemuk, dinamis, bergerak bebas, terbuka mencakup berbagai kecenderungan individual yang khas. Banyak faktor yang menentukan batasan atau makna seni, seperti: kurator, kritikus, pasar, kondisi kultural, dan lain-lain.
Pada
dasarnya semua cabang seni memiliki peran atau fungsi yang penting
dalam kehidupan. Peran atau fungsi tersebut antara lain: fungsi
individual dan fungsi sosial. Seni untuk anak-anak berbeda dengan seni
untuk orang dewasa karena karakter fisik maupun mentalnya berbeda. Hal
ini penting diperhatikan khususnya dalam melakukan penilaian karya anak
didik, supaya hasil kreasi anak tidak diukur menurut selera dan kriteria
keindahan orang dewasa.
Fungsi seni dalam pendidikan berbeda dengan fungsi seni dalam kerja profesional. Seni untuk pendidikan difungsikan sebagai media untuk memenuhi fungsi perkembangan anak, baik fisik maupun mental. Sedang seni dalam kerja profesional difungsikan untuk meningkatkan kemampuan bidang keahliannya secara profesional.
Fungsi seni dalam pendidikan berbeda dengan fungsi seni dalam kerja profesional. Seni untuk pendidikan difungsikan sebagai media untuk memenuhi fungsi perkembangan anak, baik fisik maupun mental. Sedang seni dalam kerja profesional difungsikan untuk meningkatkan kemampuan bidang keahliannya secara profesional.
Sifat dasar seni terdiri atas :
1. Kreatif
2. Individualitas
3. Nilai ekspresi / perasaan
4. Keabadian
5. Semesta / universal
Karya seni diciptakan seniman tidak selalu untuk menyenangkan perasaan manusia. Karya seni dapat memberikan perasaan kaget, terkejut, terteror, namun tetap memberikan nilai-nilai lain yang dibutuhkan manusia, seperti perenungan, pemikiran, penyadaran, pencerahan, dan sebagainya (prosa, puisi, dan sebagainya).
Nilai-nilai yang terdapat pada suatu karya seni dapat dinikmati dan diapresiasi melalui unsur-unsur yang terdapat di dalamnya, yakni:
1. Struktur visual
2. Tema
3. Medium
4. Gaya / stayl
5. Konsep pendidikan seni
Dasar-dasar
pemikiran dimasukkannya seni dalam Kurikulum Pendidikan Nasional
bertumpu pada pokok-pokok pikiran
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan
Pendidikan Seni di sekolah-sekolah umum seyogianya menggunakan
pendekatan multidisiplin, multidimensional dan multikultural.
2. Pembentukan
pribadi yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan
kemampuan dasar anak didik melalui pendekatan belajar dengan seni,
melalui seni dan tentang seni sesuai minat dan potensi anak.
3. Pendidikan
seni berperan mengembangkan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan
emosional (EQ), kecerdasan kreativitas (CQ), kecerdasan spiritual (SQ)
dan multi-intelegensi (MI).
Tujuan Pembelajaran selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengembangkan sensitivitas persepsi indriawi melalui berbagai pengalaman kreatif berkesenian.
2. Menstimulus
pertumbuhan ide-ide imajinatif dan kemampuan menemukan berbagai gagasan
kreatif dalam memecahkan masalah artistik atau estetik melalui proses
eksplorasi, kreasi, presentasi/penyajian dan apresiasi.
3. Mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan berkesenian dengan disiplin ilmu lain yang
serumpun atau tak serumpun melalui berbagai pendekatan keterpaduan.
4. Mengembangkan
kemampuan apresiasi seni dalam konteks sejarah dan budaya sebagai
sarana pembentukan sikap saling toleran dan demokratis dalam masyarakat
yang pluralistik (majemuk).
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran seni
secara optimal maka baik proses maupun hasil pembelajaran keduanya perlu
mendapat perhatian yang sama.Dalam pelaksanaan pembelajaran seni di
sekolah-sekolah, pengalaman belajar mencipta seni disebut sebagai
pembelajaran berkarya. Sedang pengalaman memersepsi, melihat, dan
menghayati serta memahami seni disebut sebagai pembelajaran apresiasi.
Pembelajaran
berkarya seni mengandung dua aspek kompetensi, yaitu: keterampilan dan
kreativitas. Pada anak - anak kompetensi keterampilan lebih difokuskan
pada pengalaman eksplorasi untuk melatih kemampuan sensorik dan motorik,
bukan menjadikan anak mahir atau ahli. Sedangkan kreativitas di sini
meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang terlihat dari
produk/hasil karya dan proses dalam bersibuk diri secara kreatif
(Semiawan, Munandar, 1990: 10). Pembelajaran apresiasi disampaikan tidak
hanya sebatas pengetahuan saja, namun melibatkan pengalaman mengamati,
mengalami, menghayati, menikmati dan menghargai secara langsung
aktivitas berolah seni.
2.1.2 Komponen sistem konsep penularan seni
Penyelenggaraan
pendidikan seni di Lembaga pendidikan kejuruan seni beragam. Dilihat
dari sisi sistem yang dikembangkan oleh masing – masing terdapat lima
jenis llembaga penyelenggara pendidikan seni. Semuanya berkonsepsama,
yaitu “Penularan seni”. karena itu semuanya berkomponen tujuan sama
pula, yaitu mempersiapkan calon seniman, pekerja, profesional dibidang
seni.
Dan
inilah yang biasanya dipakai dalam sistem pengajaran di SMK yang sangat
berbeda basisnya dengan sistem pengajaran di SMA yang menggunakan
pemfungsian seni. Hal ini digunakan mengingat tujuan dari pengajaran
seni di SMK sendiri adalah untuk mengoptimalkan kemampuan peserta
didiknya untuk menjadikan mereka calon seniman, pekerja profesional,
maupun profesional dibidang seni.
Sejarah
pendidikan seni mencatat adanya 5 jenis lembaga pendidikan kejuruan
seniman, dilihat dari segi sistemnya. Kelimanya adalah :
1. Bersistem pewarisan
Ini
merupakan sistem penularan kemampuan berkesenian oleh orang tua yang
memiliki seni ( seorang seniman ) kepada anak kandungnya. Jadi ini
merupakan sistem pewarisan bakat dari orang tua kepada anaknya dari
garis darah mereka.
2. Bersistem Aprentisip
Ini
merupakan sistem penularan kemampuan berkesenian dari seniman master ke
aprentisnya. Bagaimana maksudnya, maksudnya dalah seorang amster /
seniman disini mewariskan semua ilmunya kepada seorang aprentis, yaitu
anak yang memiliki keinginan untuk mengembangkan kemampuannya dibidang
berkesenian, minimal dia memiliki bakat dasar untuk mengenal seni. Maka
ketika dia ingin mempelajari seni, seorang master tadi mewariskan semua
yang dia miliki kepada ank tersebut. dan dalam hal ini berbeda dengan
sistem pewarisan yang harus anak kandungnya, sistem aprentisip tidak
harus anak kandung, yang penting anak didik itu memiliki keinginan untuk
mengenal seni dan berbakat.
3. Bersistem Akademik
Penularan
ini dilakukan dengan cara penularan kemampuan berkesenian dari guru
ahli berdasarkan teori pengetahuan seni kepada peserta didiknya. Ini
biasanya yang berlaku disekolah – sekolah. Penularan ini lebih banyak
terjadi mengingat bahwa pengajaran seni yang sering kali di anak
tirikan, menyebabkan seni hanya menjadi pelajaran materi dikelas – kelas
tanpa adanya kegiatan yang menunjang untuk pengembangan bakat terhadap
anak – anak yang menginginkannya. guru hanya tinggal mengejar dan dari
apa yang dia tahu, peserta didik akan mewarisi apa – apa yang telah
diajarkan.
4. Bersistem Sanggar
Penularan
sitem ini dilakukan dengan carapenularan kemampuan, yaitu penularan
pengalaman berkesenian antar seniman muda. Kenapa dikatakan seperti ini,
hal ini karena sanggar merupakan tempat dimana dalam proses
pembelajarannya tidak ada orang yang dianggap lebih dari mereka – mereka
sendiri. Intinya tidak ada guru didalamnya. Disanggar siapa yang
mengajar dan diajar adalah sama. secara merata mereka bisa menjadi guru,
dan bisa juga menjadi murid. Mereka hanya tinggal menyampaikan
pengalaman mereka jika yang lain merasa dia yang lebih tahu, lebih bisa,
lebiah terampil dalam bidang itu. Dari situlah mereka saling
menularkan.Namun sekarang sanggar – sanggar yang banyak bediri sudah
tidak menggunakan sitem sanggar seperti halnya hakikat dari sistem
sanggar diatas. Kebnyakan sanggar – sanggar seni yang ada saat ini
memiliki guru dalam sitem penularannya. Mereka mencari peserta didik
untuk diajari, bukan uyntuk saling bertukar pikiran. Sejenis dengan
sistem akademik di sekolah, tetapi dalam lingkup yang tidak seformal
sekolah karena sanggar memang tidak berbadan.
5. Bersistem Otodidak
Ini
merupakan sistem penularan kesenian dari sumber daya apapun yang
dipandang kompeten oleh pembelajaran calon seniman. Sistem ini sama
dengan sistem sanggar dimana tidak ada guru tetap dalam sistem
pembelajarannya. Tetapi berbeda, karena orang ini belajar dari berbagai
hal yang ia temui. Jika dia melihat ada orang yang bisa membantunya,
naka dia akan belajar pada orang itu, demikian juga bila seandainya dia
menemukan sebuah buku panduan yang bisa dia pelajari, maka dia akan
belajar secara mandiri pada buku itu. Jadi penularan ini lebih besifat
usaha pribadinya untuk membuat diri individu itu berkembang.
Ciri masing – masing system dapat dikenali dari komponen dari setiap system.
Macam – macam pendekatan untuk sistem – sistem ini sendiri ada 3 macam, yaitu :
1. Pendekatan Bengkel
Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan sistem memberikan contoh kepada
peserta didik agar peserta didik menirunya ( harus
diikuti )
2. Pendekatan Laboratorium
Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan sistem memberikan teori – teori
kepada peserta didik supaya nantinya peserta
didik bisa mengaplikasikannya dalam
pembuatan karya – karya yang ingin dia buat
3. Pendekatan studio
Yaitu pendekatan yang dilakukan secara progresif dan menekankan kepada
proses pengekspresian diri dari peserta didik
sendiri, dan pada pendekatan ini peserta didik diharapkan mampu untuk
berkarya secara individual.
Pendekatan – pendekatan inilah yang akhirnya akan digunakan sebagai
cara untuk memperkenalkan seni kepada peserta didik. Namun perlu digaris
bawahai bahwa penggunaan metode – metode ini tergantung pada apa
pengajarannya. Apakah SMA ataukan SMK. karna pada SMA yang memang
menganut sistem pewarisan kemampuan tidak mungkin digunakn sistem
pendekatan bengkel. Namun beda halnya dengan SMK, dimana mereka
diajarkan untuk mengoptimalkan kemampuan, maka pendekatan bengkel tadi
tentu sangat perlu dilakukan.
Karakteristik Komponen 5 System Pendidikan Seni yang Berkonsep Penularan Seni
Sistem Pendidikan
Komponen
|
Aprentisip
|
Pewarisan
|
Akademik
|
Sanggar
|
Otodidak
|
Tujuan Pembelajaran
Pengajar (Pembelajar)
Pelajar (Pebelajar)
Bahan Pembelajaran (sumber)
Metode pembelajaran / pendekatan
Tempat / Waktu Pembelajaran
|
Berkesenian/ terampil
Seniman Master
Aprentis
Ditentukan pembelajar
Mengcopy/ pendekatan bengkel
Ditentukan pembelajar
|
Berkesenian/ terampil
Seniman orang tua pembelajar
Anak pembelajar
Ditentukan pembelajar
Mengcopy/ pendekatan bengkel
Ditentukan pembelajar
|
Berkesenian/ terampil
Pembelajar Profesional
Pembelajar berbakat
Kurikulum
Meniru/ pendekatan laboratorium
Ditentukan lembaga
|
Berkesenian/ terampil
Anggota sanggar
Anggota sanggar
Kesepakatan
Bebas berekspresi/ progresif
Kesepakatan
|
Berkesenian/ terampil
Tanpa pengajar
Belajar berbakat
Aneka sumber
Bebas berekspresi/ progresif
Ditentuka
sendiri
|
2.1.3 Komponen sistem konsep pemfungsian seni
Yang dimaksud dengan pemfungsian seni adalah indentik dengan fungsi
didik seni. Yaitu fungsi untuk menumbuhkembangkan potensi individu
peserta didik lewat seni. Seperti yang dimaksud oleh R.l. Wickiser:
Wickiser
menujuk sejumlah potensi, atau kemampuan dasar yang terkandung didalam
setiap peserta didik, yang dapat dibantu tumbuh kembangnya lewat
pengalaman seni. Potensi – potensi itu dikelompokkan menjadi 3 kategori
potensi, yaitu :
1. Potensi Kemampuan Dasar Umum (non seni)
Hal yang tergolong pada potensi ini antara lain adalah :
Perasaan,
mental, sadar diri, imajinasi, pemurnian, berfikir dan bertindak.
Pertumbuhan serta perkembangannya dapat dibantu lewat pengalaman seni.
2. Potensi Kemampuan Dasar Rasa Estetik
Hal yang tergolong pada potensi ini meliputi :
Penginderaan,
kreasi ( ekspresi dan imitasi ) dan apresiasi. Pengalaman seni
bermanfaat untuk memelihara pertumbuhan implus estetik sebagai sumber
dari potensi – potensi tersebut.
3. Hidup Kreatif
Pengalaman
seni membantu mempersiapkan hari depan peserta didik agar mampu hidup
secara kreatif. antara lain hidup kreatif, sadar rasa sosial. Efisiensi
ekonomis dan bagi yang berpembawaan seni, dapat dibantu tumbuh
kembangnya.
Perkembangan Pendidikan Seni ( Pemfungsian Seni)
Pendidikan seni dalam pengertian (konsep) pemfungsian seni, secara
formal baru tumbuh setelah konsep penularan telah mengalami perkembangan
yang signifikan.
Dalam perkembangannya, pemfungsiannya seni mengalami 3 periode, yaitu :
1. Periode perintisan
Periode ini ditandai dengan wacana para pakar tentang perlunya pendidikan seni bagi peserta didik..
2. Periode pertumbuhan
Periode ini ditandai dengan dicantumkannya pendidikan seni sebagai mata pelajarann
3. Periode perkembangan
Periode ini ditandai dengan adanya muatan kajian pendidikan dengan pendidikan perasaan dan jati diri bangsa.
2.2.3.1 Perkembangan Pendidikan Seni di Dunia
1) Periode Perintisan (abad XVII)
John
Lock: menggambar merupakan sarana yang baik (efektif) untuk
mewujudkan tanggappan
A.H. Franke: menggambar merupakan kesempatan untuk latihan sekaligus istirahat
J.J
Rousseu: menggambar merupakan sarana yang baik untuk mempertajam
pengelihatan dan melembutkan tangan
2) Periode Pertumbuhan (abad XIX)
J.H.
Pestalozzi: menggambar merupakan sarana untuk mengembangkan pengematan,
sementara pengamatan sendiri
merupakan sarana yang mutlak untuk
mempelajari ilmu pengetahuan
3) Periode Perkembangan (abad XIX)
Periode
Reformasi: menggambar sebagai bagiian dari seni. Berfungsi untuk
mengembangkan individu peserta didik.
G.
Hirth (Jerman) dan E. Cook (Inggris): menggambar figurative berubah
menjadi
nonfigurative
S. Rose ( Belanda): mengembangkan rasa estetika dan seni rakyat lewat menggambar
2.2.3.2 Perkembangan Pendidikan Seni di Indonesia
Perkemangan pendidikan seni di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan di Belanda dan Amerika, karena keduanya sangat mempengaruhi perkembanngan pendidikan seni di Indonesia. Mari kita analisis data tentang perkembangan pendidikan seni dikedua negara ini.
1. Perkembangan Pendidikan Seni di Belanda
Periode
perintisan : menggambar merupakan bahasa visual dan bermanfaat sebagai
media
komunikasi
Periode
pertumbuhan: menggambar merupakan mata pelajaran keterampilan
(tuntutan pasar)
Periode perkembangan: Secara umum menggambar sebagai fungsi pembentukan :
1.
Reformasi I : Dibawah pengaruh J.D. Ros, menggambar sebagai
ekspresi perasaan
2.
Reformasi II : Sebagai pelaksanaan Kongres Internasional ke
8, ekspresi sesui dengan minat serta
kebutuhan
2. Perkembangan Pendidikan Seni di Amerika
Periode perintisan
F. Frabel : unsur warna amat penting dalam menggambar
B. franklin : niat fungsi seni lebih penting dari pada tradisi budaya
Periode pertumbuhan
Pendidikan
keterampilan : menggambar dan apresiasi, seni industri, kesejahteraan
keluarga. Pakar didatangkan dari Eropa (Inggris) W.
Smith
Periode perkembangan
pendidkan progresif (kebebasan) 1920
Pandangan
Deway sebagai landasan : ekspresi pribadi, ekspresi pribadi menunjuk
ke
kegiatan perorangan dan sosial bangsa dan negara.
Masa resensi dunia, Amerika mengalami ekonomi merosot, pendidikan seni turut memecahkan
Masa imigrasi Jerman, pendidikan seni memanfaatkan Bauhaus menjadi desain
Masa perang dunia, pendidikan bermuatan politik, menggambar poster menang perang
Masa pasca perang, kebebasan berekspresi. Disamping kembali ke progresif, juga sebagai penyembuhan jiwa setelah perang
Masa perang dingin, pengembangan kreatifitas dalam pendidikan seni
Seni sebagai sosok pengetahuan,
Tahun 1950 : seni sebagai sarana pendidikan dan sosok pengetahuan
Tahun 1960 : seni sebagai bagian dari kehidupan sosial
Perkembangan Pendidikan seni di Indonesia
Periode perintisan
sebagai negara jajahan sekaigus terbelakang tidak mengalami periode perintisan
Periode pertumbuhan
sebelum merdeka : mencontoh pada Belanda 1930an, menggunakan mata pelajaran menggambar
sesudah merdeka : 1945-1960 : mengkiblad ke kurikulum dan buku – buku dari Belanda
1960-1975 : sesuai dengan buku – buku dari Belanda dan Amerika
1075-1884 : sesuai dengan buku – buku seri Amerika dan pola pembaharuan pendidikan Indonesia
Periode perkembangan
1994-2002:
perkembangan bias, konsep dan arah pendidikan seni tidak jelas. Program
pendidikan ke modern, muatan pendidikan kembali ke
penjajahan.
2004-kin:
perkembangan pencerahan, Konsep dan arah pendidikan seni menunjuk ke
pemfungsian seni dengan muatan yang berjati diri (budaya
lokal).
Dari data
perkembangan seni yang ada diatas dapat dilihat bagai man sejarah dan
perkembangan seni yang ada di negara Indonesia, apa – apa saja yang
mempengaruhinya, sampai pada pemfungsian seni yang ada di Indonesia.
2.1.4 Beda komponen sistem akademik SMA dan SMK
Sebagai
salah satu mata pelajaran, Pendidikan Seni di Lembaga Pendidikan Umum
berkonsep Pemfungsian Seni, bersistem Akademik dan bertujuan
malaksanakan Pembenaran Esensial beserta Pembenaran Kontextualnya,
meliputi :
1. Jenjang pendidikan dasar (SD)
2. Jenjang pendidikan dasar lanjutan (SMP)
3. Jenjang pendidikan menengah atas (SMA)
Perbandingan
Karakteristiik Komponen Sistem Akademik dari 2 Jenis Pendidikan Seni
yang Berkonsep Pemfungsian Seni dan Penularan Seni
Sistem akademik
Komposisi sistem
|
Konsep pemfungsian
(Bidang Kajian Pendidikan Seni : SD/SMP/SMA )
|
Konsep Penularan
(Bidang Kajian Seni : di SMK Bagian Seni )
|
Tujuan Pembelajaran
Pembelajar
Pebelajar
Bahan Pelajaran (sumber)
Metode / Pendekatan Pembelajaran
Tempat dan Waktu Belajar
|
Membantu tumbuh kembang aneka potensi setiap individu pembelajar
Guru Profesional
Siswa pada usia sekolah tanpa prasyarat potensi seni
Kurikulum pendidikan umum
Pendekatan Laboratorium dan Progresif
Dijadwal (terikat)
|
Membantu tumbuh kembang potensi seni individu pembelajar pada umumnya
Guru Profesional
Siswa pada usia sekolah, dengan prasyarat potensi seni
Kurikulum pendidikan kejuruan
Pendekatan bengkel dan Laboratorium
Dijadwal (terikat)
|
2.1.5 Komponen sistem konsep seni masyarakat
2.1.5.1 Pengertian Seni yang Hakiki
Pendidikan seni adalah hasil dari hubungan kausal yang dirancang antara Konsep Pendidikan dan Konsep seni. bagi Indonesia,
konsep pendidikan telah ditetapkan oleh Undang – Undang Sistem
pendidikan Nasional, sedangkan konsep seni dapat ditelusuri dari
masyarakat. Bukan dicari dari sumber ilmu pengetahuan seni, sebab kajian
yang sesuai untuk diperankan sebagai muatan pengalaman seni, adalah
konsep seni yang diakrabi oleh masyarakat, termasuk peserta didik.
2.1.5.2 Konsep Pendidikan
Rumusan
lama yang pasif sifatnya, pendidikan dikonsepsikan sebagai usaha sadar
untuk menumbuh kembangkan potensi individu peserta didik. Sedang rumusan
baru yang aktif sifatnya, pendidikan dikonsepsikan sebagai usaha sadar
untuk mewujudkan proses belajar guna menumbuhkembangkan potensi diri
peserta didik.
Untuk
melaksanakan upaya sadar tersebu t, baik yang pasif maupun yang aktif,
diperlukan tersedianya bahan untuk belajar. Salah atunya adlah kajian
pendidikan seni untuk sekolah umum ( konsep pemfungsian seni ), dan
kajian seni untuk sekolah kejuruan seni ( konsep penularan seni ). baik
kajian pendidikan seni maupun kajian seni, sama muatannya, yaitu seni.
Masing – masing seni konsep domein pengetahuan, dan seni konsep
masyarakat.
2.1.5.3 Konsep Seni sebagai Kajian Estetika
Seni merupakan bagian dari estetika (pengetahuan tentang
keindahan). Estetika sendiri dapat dibedakan menjadi est. filsafat, est.
ilmiah, est. pengalaman
Sebgai bagian dari est. filosofi dan ilmiah, seni mengandung
pengertian hakiki sebagai imitasi. Sedangkan sebagai sebagian dari est.
pengalaman, seni mengandung pengertian hakiki sebagai ekspresi perasaan.
2.1.5.4 Konsep Seni Masyarakat
Seni sebagi bagian dari budaya, mengandung konsep awam. Karena
itu selanjutnya disebut konsep masyarakat. Dengan cara pandangnya
sendiri setiap komunitas ataupun warga masyarakat merasa berhak untuk
menentukan konsep seni yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupannya.
Berbeda
dengan konsep pengetahuan seni, keberadaan konsep masyarakat tidak
tunggal, tetapi beragam, antara lain (yang populer), seni diidentikkan
dengan bentuk yang indah, dengan bentuk yang memberikan hiburan, dengan
bentuk berperan sebagai komunikasi idea, dengan bentukhasil imitasi dan
bentuk hasil ekspresi.
Dalam penerapannya konsep – konsep tersebut terpisah satu sama
lain ataupun secara bersama beberapa diantaranya. Misalnya bentuk yang
indah dan memberikan hiburan dalam seni yang memadai. Bentuk yang indah,
memberikan hiburan dan menyampaikan pesan yang dimengerti pengamat
adalah karya seni yang memadai
Indah, hiburan dan komunikasi idea yang dipandang konsep itu.
sebenatnya merupakan atribut bentun karya seni. sedangkan imitasi ddan
ekspresi yang dioandanng sebagai identitas seni, adalah konsep seni.
Dengan demikian konsep seni masyarakat menjadi ganda imitasi dan
ekspresi.
Imitasi dan ekspresi yang dipandang sebagai identitas seni atau
konsep seni itu pada dasarnya adalah modus dari prosses kreasi. Dengan
menggunakan modus tersebut serta dengan memanfaatkan karakter bahan
mentah yang digunakan oleh pelaku seni (rupa/bunyi/gerak)akan dihasilkan
fariasi karya seni, masing – masing berupa bentuk karya seni dengan
atributnya,yaitu keindahan, hiburan dan media komunikasi.
2.1.5.5 Deskripsi Konsep Seni di Masyarakat
Pada dasarnya karya seni (bentuk) dikreasioleh pelaku seni
dengan modus imitasi ataupun ekspresi. Tujuannya untuk menghasilkan
karya seni, selanjutnya untuk dipersembahkan kepada pengamat. Bagi fihak
pengamat keberadaan karya seni berpotensi menimbulkan respon estetik
(tanggapan rasa indah)
Seni dapat dideskripsikan sebagai kegiatan pelaku seni untuk
mewujudkan pengalaman batinnya untuk bentuk kasat indra. Dengan harapan
agar dapat menimbulkan pengalaman baru bagi pengamatnya.
Hasil kreasi berbentuk karya seni yang indah. Dikreasi terutama
untuk dinikmati sendiri. Hasil kreasi berbentuk karya seni yang
menarik, dikreasi terutama untuk memberi hiburan (rasa senang) kepada
pengamatnya.Hasil kreasi berbentuk karya seni yang berfungsi terutama
menyampaikan pesan verbal (media komunikasi), antara pelaku dan
pengamat.
2.1.6 Wilayah seni murni dan seni terapan
2.1.6.1 Konsep wilayah seni
Kajian
konsep seni ini dimaksud untuk menjelaskan keapaan seni guna mengenali
karakteristiknya. Disamping mengenali konsepnya sendiri, juga beragam
wilayahnya. wilayah yang terbangun sebagai akibat kehendak pelaku seni
untuk memurnikan dan memanfaatkan hasil kreasinya, sehingga terbentuk
wilayah seni murni dan wilayah seni terapan. juga sebgai akibat
digunakannya bahan dasar (mentah) untuk media pewujud seni dalam proses
kreasi. Sehingga terbentuk wilayah seni – ruang dan seni – waktu.
Yang
dimaksud seni ruang adalah seni yang menggunakan media pewujud
rerupaan. Baik rupa yang berbentuk 2 dimensi, maupun 3 dimensi.
Sedangkan seni waktu adalah seni yang menggunakan media pewujud
bebunyian dan gegerakan. Cirinya adalah, untuk seni ruang tampilan karya
seni dalam pameran tidak terbatas waktu dan ruang, sementara seni waktu
tampilan karya seni dalam pagelaran tersebut terbatas waktu dan ruang.
2.1.6.2 Wilayah seni
Wilayah seni dapat dilihat dari 2 buah sisi, yaitu :
1. Dilihat ari sisi pelaku seni dalam hal pemanfaatan kegiatana seni.
Proses Kreasi
oleh Pelaku
|
Hasil Kreasi
Karya Seni
|
Pengamatan
Oleh pengamat
|
Imitasi
Modus
Ekspresi
|
Bentuk Indah
Bentuk hiburan
Bentuk media komunikasi
|
Respon Estetik
|
a. Kegiatan imitasi / ekspresi yang menghasilkan bentuk yang indah, untuk kenikmatan diri sendiri, juga pengamat jika mau
b. Kegiatan imitasi / ekspresi yang menghasilkan bentuk – bentuk yang memberikan hiburan, ditunjukkan semata – mata kepada pengamat
c. Kegiatan imitasi / ekspresi yang menghasilkan bentuk yang dapat menyampaikan pesan semata – mata kepada pengamat.
Dapat
dilihat disini bahwa pada ragam (a) termasuk kepada seni murni / seni
mayor / seni otentik. Sedangkan pada ragam (b) dan (c) termasuk wilayah
dari seni terapan / minor/ seni fungsional.
Menurut jenisnya seni disini terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Seni Rupa Murni (fine art)
Yaitu
seni yang semata – mata hanya terikat pada kepentingan
estetis, misalnya seni lukis, seni patung.
Seni
murni dapat dinikmati langsung oleh manusia baik bagi media ekspresi
maupun sebagai sarana apresiasi. Jadi dalam hal ini penikmatan
seni murni lebih erat hubungannya dengan penumbuhan kebutuhan
emosi (perasaan)
Contoh dari seni rupa murni ini diantaranya adalah :
Seni lukis
Dalam
penertian modern seni lukis adalah ungkapan rasa estetis dengan
menggunakan unsur – unsur garis, bidang, ruang, bentuk, warna serta
cahaya, dalm kesatuann yang harmonis pada bidang dua dimensi atau dua
matra.
Bidang
dua dimensi hanya dibatasi panjang dan lebar. Jika mengungkapkan ruang
dengan pertolongan perspektif garis atau gelap terang warna. sedang
cahaya merupakan hal yang penting juga. Karena menggunakan bidang datar
saja, maka seni lukis hanya dapat dinikmati dari satu arah pandang saja
dari depan atau frontal.
Seni Patung
Patung
merupakan cabang dari seni rupa yang proses penciptaannya diwujudkan
dalam bentuk 3 dimensi, sehingga dapat dilihat dari berbagai arah.
Keberadaan
seni patung dimulai sejak zaman pra sejarah dan merupakan seni yang
tertua. Kehadirannya dimulai dengan kebutuhan manusia untuk
memvisualisasi roh nenek moyang sebagai tanda pemujaan patung – patung
nenek moyang dan totem – totem.
Seni ukir (pahat)
2. Seni Rupa Terapan (appllied art)
Seni
ini disebut juga sebagai seni guna (usefulart) yaitu seni yang
diciptakan selain terikat kepentingan estetis juga terikat dengan
kepentingan utamanya yakni manfaat dan kegunaan. Contoh seni ini
misalnya seni kerajinan, seni dekorasi dan seni busana. Penikmatan seni
ini tidak hanya langsung pada nilai estetisnya, tetapi lebih ditekannkan
pada kegunaan dan manfaat nya. Jadi seni ini pada umumnya lebih dekat
pada pemuasan kebutuhan fisik / jasmani.
Seni arsitektur (bangunan)
Disebut
juga seni arsitektur, merupakan salah satu karya rupa tiga dimensi yang
pembuatannya dilakukan dengan penuh pertimbangan – pertimbangan secara
konstruktif dengan menggunakan bahan kayu, batu maupun logam.
Seni reklame
Kata
reklame berasal dari kata Re dan Clamo, Re berarti berulang – ulang
atau kembali dan calamo artinya seruan atau berita. Jadi reklame artinya
seruan atau berita yang berulang – ulang.
Sesuai
dengan arti katanya maka seni reklame digunakan untuk menerukan atau
untuk menganjurkan menawarkan barang atau produk kepada masyarakat.
Pengertian secara umum reklame adalah alat (media) komunikasi antara
produsen dan konsumen untuk memperkenalkan barang produksinya.
Penawarannya
dibuat menarik hingga membangkitkan animo masyarakat untuk membeli.
Dalam perwujudannya reklame terdiri dari reklame visual (reklame
pengelihatan), reklame audio (reklame pendenganran) dan reklame audio
visual ( reklame pendengaran dan pengelihatan )
Seni karikatur
Karikatur
merupakan gambar yang dibuat dengan coretan – coretan yang menitik
beratkan pada karakter objeknya. Gambarnya bersifat ejekan , sindiran,
dan kritikan yang dibuat lucu – lucu. pembuatan gambarannya bersifat
isidental. Yaitu tatkala suatu peristiwa atau kejadian itu berlangsung.
umumnya kejadian – kejadian yang digambarkan adalah kejadian – kejadian
yang dilakukan oleh orang – orang tgernama atau tokoh seperti dalam
dunia politik, olahraga, kesenian dan sebagainya.
§
2. Dilihat dari sisi media pewujud yang digunakan oleh pelaku seni
a. Bahan yang terikat oleh waktu dan ruang
Contohnya
disini adalah Seni musik dan seni tari. Seni ini lazimnya disebut
sebagai seni waktu.
b. Bahan yang tidak terikat oleh waktu dan ruang
Contohnya
disini adalah seni rupa 2D dan seni rupa 3D. Biasanya seni ini
disebut sebagai seni ruang.
Langganan:
Postingan (Atom)